Jakarta, Klikaktual.com - Dalam laporan pendapatan yang baru dirilis, Tesla menyatakan mereka tidak melakukan transaksi apapun dengan Bitcoin pada kuartal terakhir tahun 2022.
Tesla mengalami kerugian sebesar USD 34 juta atau sekitar Rp508,5 miliar (berdasarkan kurs Rp 14.947 per dolar AS) karena penurunan nilai Bitcoin yang dimiliki.
Nilai kepemilikan Bitcoin yang dimiliki oleh perusahaan turun dari USD 218 juta atau Rp 3,8 triliun pada kuartal ketiga 2022 menjadi USD 184 juta atau Rp 2,7 triliun pada kuartal terakhir tahun itu.
Baca Juga: 5 Ide Menjalani Hari Valentine untuk Kamu yang Jomblo
Dalam laporan keuangan terbarunya, Tesla mengungkapkan bahwa perusahaan tidak membeli atau menjual Bitcoin dalam kuartal terakhir 2022.
Namun, perusahaan mengalami kerugian sebesar USD 34 juta karena penurunan nilai kepemilikan Bitcoin yang dimiliki. Ini berarti bahwa meskipun jumlah Bitcoin yang dimiliki oleh perusahaan sama, nilai pasarnya telah menurun dibandingkan kuartal sebelumnya.
Biaya ini dikenal sebagai biaya penurunan nilai dalam dunia akuntansi.
Baca Juga: Simak! Ini Dia Niat Puasa Rajab 2023 dan Artinya
Pada akhir kuartal ketiga 2022, harga Bitcoin di pasar terkoreksi dibawah USD 20.000 atau setara Rp 299,1 juta, kemudian terus turun hingga mencapai level dibawah USD 16.000 atau setara Rp 239,4 juta pada akhir tahun, menurut data yang dikeluarkan oleh CoinGecko.
Tesla menyatakan perusahaan telah melakukan investasi sebesar USD 1,5 miliar atau setara Rp 22,4 triliun dalam Bitcoin pada bulan Februari 2021.
Hal ini menyebabkan harga BTC mencapai rekor tertinggi baru pada saat itu, dan menempatkan Tesla sebagai salah satu perusahaan yang memegang cryptocurrency terkemuka.
Baca Juga: Peringatan Isra Miraj: Tradisi Unik Rajaban di Plangon dan Keraton Kasepuhan Cirebon
Tesla menjual sebagian besar kepemilikan Bitcoinnya dalam dua kuartal terpisah, dengan 10 persen pada Q1 2021 dan 75 persen pada Q2 2022.
Ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa Bitcoin dapat digunakan sebagai bentuk alternatif dari penyimpanan uang tunai di neraca perusahaan dan untuk membuktikan likuiditasnya.***