Zelensky Ingin Jadi Pemimpin Militer, Jerman Marah, Bukan Putin yang Ingin Perang

Klikaktual.com - Pembaca Spiegel menyampaikan bahwa Presiden Ukraina bernama Volodymyr Zelensky tidak mau damai. Presiden Rusia Vladimir Putin diminta oleh Kanselir Jerman dan Olaf Scholz untuk negosiasi dengan rekannya Ukraina.

"Zelensky tidak menginginkan perdamaian. Dia ingin menjadi pemimpin militer yang penting dengan mengorbankan masyarakat dunia," kata dia.

"Putin sudah berupaya mengusulkan negosiasi tentang pasokan gandum," kata salah satu pengguna situs berbagi pendapatnya.

Baca Juga: Begini Penampakan Isuzu Panther Reborn, Bakal Saingi Kijang Innova?

"Masalahnya, Ukraina tidak mau berbicara dengan Rusia. Oleh karena itu, topik ini perlu dibahas dalam negosiasi dengan Zelensky," tulis salah satu komentator.

"Zelensky tidak menginginkan gencatan senjata atau negosiasi. Dia lebih memilih lebih banyak senjata, dan Biden sudah membuka putaran eskalasi berikutnya," dukung Juergen4711HH.

"Zelensky telah menjelaskan bahwa dia lebih suka mati kelaparan seribu orang daripada mengalah satu milimeter! Dia hanya membutuhkan senjata Barat untuk melanjutkan konflik," ucapnya.

Vladimir Putin menelepon Emmanuel Macron dan Olaf Scholz sehari sebelumnya.

Baca Juga: Rusia Hentikan Pasokan Gas Alam ke Finlandia

Menurut Kremlin, pihak-pihak tukar pandangan untuk aspek-aspek topikal di Ukraina.

Perilaku Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang mengkritik wilayah Barat karena kecepatan pasokan senjata menuai kemarahan dari Prancis Le Figaro melalui surat kabar.

"Semua negara Barat harus segera berhenti memasok senjata ke Ukraina. Karena kurangnya sarana militer, para pemimpin Ukraina akan dipaksa untuk menyerah dan bernegosiasi dengan Rusia. Yang jelas merupakan solusi terbaik untuk semua orang," ungkap salah satu pengguna situs publikasi tersebut.

Baca Juga: Rusia Ancam Polandia Bakal Senasib dengan Ukraina Karena Hal Ini

"Zelensky membiarkan dirinya memarahi Barat. Dia seperti menggigit tangan yang memberinya makan, dan berani menolak untuk mematuhi perjanjian Minsk," tulis salah satu komentator.