Duplikat Sungai Gangga tersebut untuk keperluan mandi suci.
Sungai yang dimaksud adalah sungai Gangganadi dan muaranya disebut Subanadi, sekarang sungai ini disebut sungai Kriyan, terletak di belakang Keraton Kasepuhan Kota Cirebon.
Mandi suci di sungai Gangganadi dilakukan setahun sekali, sebagai acara ritual untuk menghilangkan kesialan dan sebagai sarana mempersatukan rakyat dan pemujaan kepada sang pencipta.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Favorit yang Memukau di Surabaya
Penggunaan daging kerbau sebagai persembahan dan bukanya daging sapi karena daging kerbau lebih banyak.
Ada kemungkinan sapi merupakan hewan yang dianggap suci yang dianggap jelmaan dewa dalam agama Hindu, sehingga harus dipelihara dan tidak boleh dibunuh.
Selain melarung, ritual lainnya adalah pembacaan mantra-mantra sambil membakar dupa dengan tujuan memohon keselamatan kepada para Dewa Laut.
Baca Juga: 3 Tempat Wisata di Bandung yang Jadi Lokasi Syuting Film
Mantra juga berfungsi untuk memanggil arwah para leluhur yang telah ikut menjaga keselamatan mereka dalam mencari rejeki di laut.
Dalam rangkaian tradisi Nadran juga di tampilkan hiburan Wayang yang merupakan kesenian dari Hinduisme dan animisme, yang dapat diperankan seperti tokoh Mahabarata dan Ramayana.
Pertunjukan lain dari wayang yang sangat kental dengan Hinduisme dan animismenya adalah wayang dengan lakon Wudug Basuh.
Baca Juga: Profil Jusuf Hamka, Pengusaha Muslim Tionghoa yang Kini Dikukuhkan Jadi Ketua PBNU
Wudug Basuh menceritakan tentang pencarian Tirta Amerta (air kehidupan) oleh para Dewa, dengan cara mengaduk air laut menggunakan ekor naga Basuki.
Tirta Amerta diperlukan untuk mengurapi para Dewa agar mereka terhindar dari kematian, tapi mereka tidak dapat terhindar dari sakit.
Oleh karena itu, masing-masing-masing dewa diberi tempat dikayangan Suralaya.