Jakarta, Klikaktual.com - Megawati Soekarnoputri kembali terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam Kongres V yang digelar di Jakarta, 1 Agustus 2025.
Keputusan ini mengukuhkan Megawati sebagai satu-satunya tokoh politik perempuan yang paling lama memimpin partai di Indonesia, sekaligus memperpanjang kiprahnya dalam panggung politik nasional sejak reformasi.
Pemilihan kembali Megawati sebagai ketum partai PDIP dinilai sebagai bentuk 'kontinuitas' dan stabilitas politik di internal PDIP. Dalam pidatonya, Megawati menekankan pentingnya menjaga ideologi partai, khususnya terkait Pancasila dan nasionalisme yang menjadi fondasi PDIP sejak awal berdiri.
Baca Juga: Pemerintah Menetapkan Tanggal 18 Agustus 2025 Libur Nasional, Ini Alasannya!
Sebagai sosok sentral dalam PDIP, Megawati disebut tidak hanya menjadi simbol politik tetapi juga penentu arah kebijakan partai. "Saya tidak mencari kekuasaan, tapi saya menjaga api perjuangan Bung Karno," ujar Megawati dalam pidato pembukaan kongres.
Kongres PDIP 2025 yang berlangsung di JIExpo Kemayoran itu dihadiri oleh lebih dari 5.000 kader dari seluruh Indonesia. Tidak hanya tokoh senior, kader muda seperti Puan Maharani dan Muhammad Prananda Prabowo juga hadir memberi dukungan. Mereka menyatakan kesiapan untuk terus belajar dari Megawati.
Isu regenerasi kepemimpinan sempat mencuat dalam forum internal. Namun, mayoritas kader menganggap Megawati masih sosok yang tepat untuk menjaga soliditas partai menjelang pemilu 2030. “Regenerasi tetap berjalan, tapi Bu Mega masih dibutuhkan,” kata Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP.
Megawati menjadi ketum partai PDIP sejak 1999 dan hingga kini sudah lima kali terpilih kembali. Dalam sejarah politik Indonesia modern, belum ada tokoh partai lain yang berhasil mempertahankan jabatan sekuat dan selama itu.
Baca Juga: Ramai Bendera One Piece, Apa Artinya?
Dari sudut pandang pengamat politik, keputusan ini mencerminkan bahwa PDIP lebih mengutamakan kestabilan internal dibandingkan perubahan cepat. “Kepemimpinan Megawati adalah fondasi PDIP. Beliau adalah perekat ideologis dan politik,” ujar Burhanuddin Muhtadi, analis politik dari LSI.
Keputusan Megawati jadi ketum partai PDIP kembali juga dinilai sebagai sinyal bahwa PDIP belum menemukan figur sekuat Megawati di mata basis massa. Bahkan nama Puan Maharani, meski populer, dinilai belum mampu menggantikan posisi ibunya secara penuh.
Menariknya, dalam kongres tersebut, Megawati juga menyinggung soal 'konsolidasi' menjelang pemilu daerah 2027 dan pemilu nasional 2030. Ia meminta seluruh kader untuk tidak terjebak pada politik kekuasaan semata, melainkan memperjuangkan kepentingan rakyat.
Beberapa kalangan menilai dominasi Megawati di PDIP menghambat demokratisasi internal. Namun bagi para loyalisnya, keberadaan Megawati justru menjamin partai tetap solid di tengah turbulensi politik nasional.
Megawati juga diperkirakan masih akan menjadi king maker dalam peta politik nasional lima tahun ke depan. Posisi PDIP sebagai partai besar tetap bergantung pada arah kebijakan politik yang ditentukan olehnya. (Syamsi Wajkumar)