"Jadi bisa saja terjadi di mana pun, termasuk di Majalengka jika memang potensi hujan itu berasal dari awan Comulonimbus," ujar Faiz, sapaan akrabnya.
Hujan es biasanya diawali dengan kondisi cuaca yang panas terik pada pagi hingga siang hari. Yang mana, mendukung pertumbuhan awan Comulonimbus yang jenuh.
"Di dalam awan itu terjadi kondensasi yang sangat dingin dan mengakibatkan terjadi kristal es," ucapnya.
Kondisi seperti itu, membuat sore harinya bakal terjadi perubahan cuaca yang signifikan. Salah satu perubahan yang bisa dirasakan masyarakat, yakni lingkungan di sekitar menjadi lebih dingin atau rendah dari biasanya.
Saat itu juga kristal es di dalam awan Cumulonimbus turun ke daratan dengan kondisi belum sempat mencair dan biasa kita sebut hujan es. Hujan es biasanya bisa juga disertai hujan lebat dan angin kencang. (yon)