Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981.
Bersama kakaknya Michael Bambang Hartono, Robert di usianya yang ke 22 tahun menerima warisan salah satu perusahaan rokok ternama saat ini, Djarum. Robert dan kakaknya menerima warisan ini setelah ayahnya meninggal. Pada saat pabrik perusahaan Djarum terbakar dan mengalami kondisi yang tidak stabil. Namun kemudian di tangan dua bersaudara Hartono bisa bertumbuh menjadi perusahaan raksasa.
Di Amerika Serikat pun perusahaan rokok ini pernah memilki pangsa pasar yang besar, dan di negeri asalnya sendiri, Indonesia, produksi Djarum mencapai 48 miliar batang pertahun atau 20% dari total produksi nasional. Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan rokok ini menjelma dari perusahaan rokok menjadi Group Bisnis yang berinvestasi di berbagai sektor.
Djarum mereka, dilarang di Amerika Serikat sejak 2009 bersama dengan rokok kretek lainnya, karena telah diluncurkannya Dos Hermanos, sebuah cerutu premium pencampuran tembakau Brasil dan Indonesia.
R. Budi Hartono dengan Group Djarum yang dipimpinnya pun melebarkan sayap ke banyak sektor antara lain perbankan, properti, agrobisnis, elektronik dan multimedia. Diversifikasi bisnis dan investasi yang dilakukan Group Djarum ini memperkokoh imperium bisnisnya yang berawal pada tahun 1951.
Inilah yang menjadi langkah pembuka bagi Group Djarum untuk bisa melakukan investasi ke berbagai sektor lainnya. Karena, uang yang didapatkan dari penjualan rokok sangatlah fantastis. Meski, pajak penghasilan yang dibayarkan juga sangat besar. (gna)