JAKARTA, klikaktual.com - Robert Budi Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong, terpilih menjadi orang terkaya di Indonesia tahun 2021 versi Forbes. Seperti apa sosoknya?
Robert Budi Hartono yang lahir di Semarang, 28 April 1940 merupakan pengusaha Indonesia. Pria usia 81 tahun ini adalah anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum yaitu Oei Wie Gwan. Robert Budi Hartono merupakan keturunan Tionghoa-Indonesia. Kakaknya bernama Michael Bambang Hartono alias Oei Hwie Siang. Total kekayaan Robert pada tahun 2021 yang dicatat Forbes sebesar USD20,5 miliar. Sehingga menempatkannya sebagai orang terkaya peringkat 86 dunia dan orang terkaya nomor 1 di Indonesia.
Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di Bank Central Asia (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. menguasai 51 % saham BCA. Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 65.000 hektar di Kalimantan Barat sejak tahun 2008, serta sejumlah properti di antaranya pemilik Grand Indonesia dan perusahaan elektronik.
Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Perusahaan Polytron ini kini juga memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya meproduksiAC, kulkas, produk video dan audio, dan dispenser. Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Ventures Global Digital Prima, Global Digital Niaga (Blibli.com), mereka juga membeli Kaskus, situs Indonesia yang paling populer.
Robert sangat menyukai olahraga bulu tangkis yang bermula dari sekedar hobi lalu mendirikan PB Djarum pada tahun 1969. Salah satu pemain bulu tangkis yang berasal dari PB Djarum adalah Liem Swie King, yang terkenal dengan julukan “King Smash”.
Robert Budi Hartono menikahi seorang perempuan bernama Widowati Hartono atau lebih akrab dengan nama Giok Hartono. Bersamanya, Pemilik PT Djarum ini memiliki tiga orang putra yang semuanya telah menyelesaikan pendidikan. Mereka adalah Victor Hartono, Martin Hartono, dan Armand Hartono.
Berawal dari Mr. Oei Wie Gwan membeli usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 mengubah namanya menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan kretek dengan merek “Djarum” yang ternyata sukses di pasaran. Setelah kebakaran hampir memusnahkan perusahaan pada tahun 1963 (Oei meninggal tak lama kemudian), Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya.