Tahun 1933-1937 ia berpindah-pindah tempat dari Jakarta ke Cimahi, lalu ke Pemalang. Hingga pada bulan April 1937 ia dibawa oleh kakanya Ny Rukiyem Supratiyah ke Surabaya dalam keadaan sakit. Kedatangan WR Supratman di Surabaya segera diketahui oleh teman-teman seperjuangannya. Mereka datang menjenguk WR Supratman yang masih lemah setelah sakit.
Tanggal 7 Agustus 1938, WR Supratman ditangkap Belanda di studio Radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep) di Jalan Embong Malang Surabaya, lantaran lagunya yang berjudul “Matahari Terbit” dinyanyikan pandu-pandu KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) di radio tersebut dan dianggap wujud simpati terhadap Kekaisaran Jepang.
Sempat ditahan, WR Supratman kemudian dilepas setelah Belanda tidak dapat menemukan bukti-bukti bahwa dirinya bersimpati kepada Jepang.
Baca Juga: Sejarah NU: Siapa Sangka Kantor PBNU Pernah Ada di Pasuruan, Tak Lepas dari Sosok KH Muhammad Dahlan
Kondisi kesehatannya pun semakin menurun, pada 17 Agustus 1938 (Rabu Wage) WR Soepratman meninggal dunia di Jalan Mangga Nomor 21 Tambak Sari Surabaya karena gangguan jantung yang dideritanya. WR Supratman dimakamkan di Pemakaman Umum Kapasan Jalan Tambak Segaran Wetan Surabaya.
Itulah profil WR Supratman yang menjadi inspirasi dalam memperingati Hari Musik Nasional. Semoga bermanfaat. ***
Artikel Terkait
Diperingati Setiap 9 Maret, Simak Sejarah Hari Musik Nasional
20 Ucapan Hari Musik Nasional dalam Bahasa Inggris
15 Link Twibbon Hari Musik Nasional dengan Desain Terbaru dan Menarik