5 Februari: Peringatan Hari Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi, Berikut Sejarah Lengkapnya

photo author
- Sabtu, 5 Februari 2022 | 13:16 WIB
De Zeven Provincien (Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi) 5 Februari 1933 Terjadi, Berikut Ulasan Kisah Sejarahnya (Pixabay.com/ArtTower)
De Zeven Provincien (Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi) 5 Februari 1933 Terjadi, Berikut Ulasan Kisah Sejarahnya (Pixabay.com/ArtTower)

Kendati demikian, peristiwa De Zeven Provincien ini masih menjadi perdebatan dari berbagai kalangan terkait penyebab dan tujuan dari pemberontakan tersebut, baik dalam opini publik dan sistem politik Hindia Belanda yang berlaku saat itu maupun di antara sejarawan saat ini

Pada 30 Januari 1933, di Surabaya yang merupakan pangkalan utama Angkatan Laut Belanda (Koninlijke Marine, KM) berlangsung unjuk rasa besar-besaran para pelaut Indonesia terhadap pemerintah kolonial.

Baca Juga: Vicky Shu Umumkan Positif Covid-19, Berikut Sejumlah Gejala yang Dirasakannya

Mereka menolak keputusan pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menurunkan upah mereka.

Meskipun jajaran komando KM sebenarnya sudah memblokir semua pemberitaan unjuk rasa agar tidak menimbulkan kekacauan yang lebih besar namun berita tersebut akhirnya dibocorkan melalui radio kepada semua pelaut yang bertugas di luar Surabaya.

Kabar itu pun mulai didengar juga oleh Maud Boshart, pelaut Belanda yang bertugas di atas kapal perang Belanda Hr.Ms De Zeven Provincien yang sedang melakukan patroli di sebelah barat Aceh, pada 30 Januari 1933.

Baca Juga: Kumpulan Ucapan Hari Valentine dalam Bahasa Korea Lengkap dengan Artinya

Mengetahui pemberitaan tersebut, para awak kapal di kapal Tujuh Provinsi melakukan rapat.

Di antara yang ikut rapat adalah Rumambi, Paraja, Hendrik dan Gosal.

Mengetahui kabar tersebut sudah tersiar, komandan kapal memerintahkan para awak kapal berkumpul dan mengancam mereka untuk tidak mengikuti perilaku unjuk rasa di Surabaya.

Meskipun demikian, tidak menurunkan semangat perlawanan para awak kapal.

Paraja dan Rumambi, dua awak kapal berdarah Indonesia, memimpin sebuah gerakan untuk pemberontakan di atas kapal tujuh itu.

Diputuskan pula bahwamereka akan membawa kapal perang milik Belanda ini ke Surabaya.

Puncak pemberontakan itu terjadi pada 4 Februari 1933, para awak kapal melaksanakan rencana yang telah mereka susun, sekitar pukul 22.00 malam, peluit panjang berbunyi untuk menandai dimulainya pemberontakan.

Ketika itu, kapal sedang berlabuh di Pelabuhan Uleelheue, Banda Aceh.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ida Ayu Komang

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemprov Jabar Dorong Proses Sertifikasi Aset Negara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:16 WIB

Begini Cara Pemprov Jabar Era KDM Cegah Bencana Alam

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:10 WIB
X