Namun kondisi cuaca musim hujan membuat dirinya harus putar otak menjadi buruh serabutan di penggilingan padi.
"Ya apa saja kalau ada yang nyuruh. Bisa buat mencukupi kebutuhan keluarga," terangnya.
Menempati lokasi itu membuatnya terpaksa karena jika harus kontrak di rumah warga tentu harus mengeluarkan biaya besar setiap bulannya.
Sedangkan pekerjaan yang tidak menentu membuatnya kebingungan. Sehingga keluarganya memilih tinggal di gubuk bata merah itu yang juga merupakan tempat produksi bata merah.
Baca Juga: Profil dan Biodata Rio Ramadhan, Selebgram yang Dikabarkan Meninggal Dunia
"Kalau tanah ini memang punya orang. Tapi alhamdulillah mengizinkan. Jadi kami tempati. Kalau hasil produksi bagus, kami juga bagi hasil sama yang punya tanah," tuturnya.
Bagi Fuaidin ungkapan keluhan hanya membuatnya pasrah. Ia hanya terus berusaha sambil menyekolahkan kedua putranya agar menjadi lebih baik dari orang tuanya.
"Kalau nyamuk, di kebun sama di rumah juga ada kan. Tapi kadang suka ada kekhawatiran binatang berbisa aja. Tapi alhamdulillah tidak ada apa-apa," katanya.
Dirinya tetap bersyukur karena masih ada orang yang kasihan dan memberikan sementara tanahnya untuk dijadikan tempat tinggal sementara. Begitu juga dengan fasilitas listrik yang masih menyambung dari tetangganya. ***