MAJALENGKA, Klikaktual.com - Satu keluarga di Blok Loji RT 02 RW 01 Desa Ligung Kecamatan Ligung kabupaten Majalengka terpaksa harus menempati gubuk bata, lantaran tidak memiliki rumah.
Muhammad Fuaidin (36) bersama istrinya Wiwin Sumirah (40) serta dua putranya Fiftahul (12) dan Muhammad Farid (10) rela tidur di tempat itu karena keterbatasan ekonomi. Dia pun terpaksa menempati gubuk bata.
Dari pantauan, kondisinya sangat memprihatikan. Karena tinggal di gubuk bata dengan atap terpal plastik yang mengelilingi dinding.
Baca Juga: Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Kabupaten Kuningan Tanggal 3 Januari 2022
Mirisnya lagi, lokasi gubuk bata dengan beralas tanah itu, berada di tengah-tengah kebun bambu dan areal pemakaman umum.
Saat hujan, dirinya bersama keluarga harus mengungsi ke rumah tetangganya. Curah hujan belakangan ini cukup tinggi dan seringkali keluarga itu mengungsi lantaran atap bocor dan alas selalu banjir. Apalagi saat sungai yang di depan rumah itu meluap.
Muhammad Fuaidin merupakan warga asli dari Nusa Tenggara Barat (NTB) yang singgah di Majalengka pada tahun 2000 silam. Saat mengikuti program pemerintah bersama puluhan warga pesantren lainnya di kota angin.
Baca Juga: Ini Jadwal Turnamen BWF World Tour yang Digelar di Bulan Januari 2022
Usai lulus, dirinya malang melintang di beberapa daerah di Majalengka hingga tahun 2017 memilih Ligung sebagai tempat sampai sekarang.
"Pernah di Bagung (Ligung Lor), Sukawera, Bantarwaru dan sekarang di sini (Ligung)," tuturnya.
Ia menikahi perempuan asal Sumedang dan dikaruniai dua orang putra. Tinggal di gubuk itu diakui hampir satu tahun terakhir. Awalnya menempati (kontrak) di rumah-rumah warga setempat.
Pekerjaannya yaitu buruh serabutan. Saat ini tengah menggeluti usaha menjadi perajin batu bata merah.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Sagitarius 3 Januari 2022 : Karier dan Keuangan Kamu Cukup Baik di Awal Tahun Ini
Dalam satu bulan bisa menghasilkan 5.000 bata merah. Keuntungannya hanya Rp500 ribu saja dari hasil penjualan tersebut.