BUNG Tomo adalah sosok yang sangat menginspirasi. Kegigihannya dalam perjuangan mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, menjadi momentum penting lahirnya Hari Pahlawan Nasional 10 November.
Bung Tomo terlahir dengan nama
Sutomo. Lahir pada 3 Oktober 1920
di Kampung Blauran, Surabaya.
Seperti dilansir wikipedia.org, ayah Bung Tomo bernama Kartawan Tjiptowidjojo, priyayi golongan menengah yang pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah, staf perusahaan swasta, asisten kantor pajak, hingga pegawai perusahan ekspor-impor Belanda.
Baca Juga: Fakta-fakta Tentang Sosok Bung Tomo, dari Seorang Jurnalis, Wafat saat Menunaikan Ibadah Haji
Kartawan mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pengikut dekat Pangeran Diponegoro.
Sementara ibunya Bung Tomo bernama Subastita, seorang perempuan berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura anak seorang distributor lokal mesin jahit Singer di wilayah Surabaya yang sebelum pindah ke Surabaya pernah jadi polisi kotapraja dan anggota Sarekat Islam.
Bung Tomo merupakan sulung dari 6 orang bersaudara. Adiknya masing-masing bernama Sulastri, Suntari, Gatot Suprapto, Subastuti, dan Hartini.
Baca Juga: Tokoh-tokoh Utama dalam Pertempuran 10 November yang Dikenang sebagai Hari Pahlawan
Meski dibesarkan dalam keluarga yang sangat menghargai pendidikan, namun pada usia 12 tahun, Bung Tomo terpaksa meninggalkan bangku MULO akibat dampak despresi besar yang melanda dunia.
Untuk membantu keluarga, ia mulai bekerja secara serabutan. Meski begitu, belakangan Bung Tomo bisa masuk HBS secara korespondensi dan tercatat sebagai murid yang dianggap lulus meski tidak secara resmi.
Bung Tomo bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada usia 17 tahun, ia berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan Jepang pada 1942, peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia.
Baca Juga: Hari Pahlawan Nasional, Apa Makna Pentingnya Bagi Generasi Milenial?
MENJADI WARTAWAN
Bung Tomo muda lebih banyak berkecimpung dalam bidang kewartawanan. Dia menjadi jurnalis lepas untuk harian Soeara Oemoem, harian berbahasa Jawa Ekspres, mingguan Pembela Rakyat, dan majalah Poestaka Timoer. Baru setelah ia mulai bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial.
Artikel Terkait
Fakta Sejarah Hari Pahlawan, 10 November: Dipicu Pengibaran Bendera Belanda, sampai Deklarasi Resolusi Jihad
Hari Pahlawan Nasional, Apa Makna Pentingnya Bagi Generasi Milenial?
Tokoh-tokoh Utama dalam Pertempuran 10 November yang Dikenang sebagai Hari Pahlawan
Fakta-fakta Tentang Sosok Bung Tomo, dari Seorang Jurnalis, Wafat saat Menunaikan Ibadah Haji