Profil Bung Tomo, Pahlawan Nasional, Inspirator Perjuangan Melawan Penjajah

photo author
- Rabu, 10 November 2021 | 11:37 WIB
Bung Tomo, salah satu pemimpin pertempuran 10 November Surabaya berpidato di depan rakyat. (Dok. Keluarga)
Bung Tomo, salah satu pemimpin pertempuran 10 November Surabaya berpidato di depan rakyat. (Dok. Keluarga)

BUNG Tomo adalah sosok yang sangat menginspirasi. Kegigihannya dalam perjuangan mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, menjadi momentum penting lahirnya Hari Pahlawan Nasional 10 November.

Bung Tomo terlahir dengan nama
Sutomo. Lahir pada 3 Oktober 1920
di Kampung Blauran, Surabaya.

Seperti dilansir wikipedia.org, ayah Bung Tomo bernama Kartawan Tjiptowidjojo, priyayi golongan menengah yang pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah, staf perusahaan swasta, asisten kantor pajak, hingga pegawai perusahan ekspor-impor Belanda.

Baca Juga: Fakta-fakta Tentang Sosok Bung Tomo, dari Seorang Jurnalis, Wafat saat Menunaikan Ibadah Haji

Kartawan mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pengikut dekat Pangeran Diponegoro.

Sementara ibunya Bung Tomo bernama Subastita, seorang perempuan berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura anak seorang distributor lokal mesin jahit Singer di wilayah Surabaya yang sebelum pindah ke Surabaya pernah jadi polisi kotapraja dan anggota Sarekat Islam.

Bung Tomo merupakan sulung dari 6 orang bersaudara. Adiknya masing-masing bernama Sulastri, Suntari, Gatot Suprapto, Subastuti, dan Hartini.

Baca Juga: Tokoh-tokoh Utama dalam Pertempuran 10 November yang Dikenang sebagai Hari Pahlawan

Meski dibesarkan dalam keluarga yang sangat menghargai pendidikan, namun pada usia 12 tahun, Bung Tomo terpaksa meninggalkan bangku MULO akibat dampak despresi besar yang melanda dunia.

Untuk membantu keluarga, ia mulai bekerja secara serabutan. Meski begitu, belakangan Bung Tomo bisa masuk HBS secara korespondensi dan tercatat sebagai murid yang dianggap lulus meski tidak secara resmi.

Bung Tomo bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada usia 17 tahun, ia berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan Jepang pada 1942, peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia.

Baca Juga: Hari Pahlawan Nasional, Apa Makna Pentingnya Bagi Generasi Milenial?

MENJADI WARTAWAN

Bung Tomo muda lebih banyak berkecimpung dalam bidang kewartawanan. Dia menjadi jurnalis lepas untuk harian Soeara Oemoem, harian berbahasa Jawa Ekspres, mingguan Pembela Rakyat, dan majalah Poestaka Timoer. Baru setelah ia mulai bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ganendra Aprilio

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Pemprov Jabar Dorong Proses Sertifikasi Aset Negara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:16 WIB

Begini Cara Pemprov Jabar Era KDM Cegah Bencana Alam

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:10 WIB
X