CUITAN Ferdinand Hutahaean yang menyebut 'Allahmu lemah' itu merendahkan. Jangan disamakan dengan pernyataan Presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pernah menyebut ‘Allah tidak perlu dibela’.
Hal itu seperti disampaikan Anggota Komisi VIII DPR RI Bukhori Yusuf. Dia menilai ucapan Ferdinand Hutahaean terkesan merendahkan Allah.
Politisi PKS itu mengatakan ada perbedaan yang kontras antara cuitan Ferdinand Hutahaean dengan pernyataan Gus Dur.
Baca Juga: Apa Boleh Mengikuti Pendapat 4 Mazhab Dalam Suatu Permasalahan? Simak Penjelasan Buya Yahya
Bukhori Yusuf menegaskan bahwa ungkapan Gus Dur menunjukan kuasa Allah atas segalanya, sedangkan cuitan Ferdinand Hutahaean justru sebaliknya, yakni merendahkan.
“Pernyataan Gus Dur itu menunjukkan Allah memang berkuasa atas segalanya sehingga tidak perlu bantuan siapapun, bahkan dari hamba yang Dia ciptakan sendiri," terang Bukhori Yusuf, dikutip dari laman resmi Fraksi PKS, Sabtu 8 Januari 2022.
"Sedangkan cuitan Ferdinand Hutahaean itu dapat dipahami terkesan merendahkan Allah, karena disifati dengan kata lemah,” sambung Bukhori Yusuf.
Anggota Komisi Agama DPR itu meminta agar Ferdinand Hutahaean memperdalam pengetahuan agamanya. Dia juga berpesan agar Ferdinand Hutahaean lebih bijak dalam berkata dan bersikap.
“Dia (Ferdinand) mesti bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya karena telah menimbulkan gangguan terhadap kerukunan umat beragama," kata Bukhori Yusuf.
"Di luar dari proses hukum yang tetap perlu ditegakkan, saya mengimbau agar yang bersangkutan di waktu mendatang dapat lebih banyak belajar sehingga bijaksana dalam berucap dan bersikap di ruang publik," ucap Bukhori Yusuf.
Juga harus jadi pelajaran. "Kejadian ini juga perlu menjadi pembelajaran bagi setiap pihak agar dapat menjauhi segala perilaku di ruang publik yang berisiko mengancam kerukunan umat beragama,” pungkas Bukhori Yusuf.
Sebagai informasi, kasus ini berawal saat ramai tagar di media sosial yang berbunyi #tangkapferdinand. Tagar tersebut muncul uisai Ferdinand Hutahaean mengunggah satu cuitan yang mengandung unsur penistaan agama.