Setahun sebelum kemerdekaan, Bung Tomo dipilih menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori oleh Jepang.
Pada Oktober-November 1945, ia dipilih jadi salah satu pemimpin pertempuran 10 November di Surabaya, ketika Indonesia diserang pasukan Inggris. Meski Indonesia kalah, namun peristiwa itu tetap tercatat sebagai bagian sejarah.
Baca Juga: Hari Pahlawan Nasional, Apa Makna Pentingnya Bagi Generasi Milenial?
4. SEBELUM PERANG, SOWAN KE KH HASYIM ASY’ARI
Bung Tomo dikenal sebagai seorang orator pembakar semangat arek-arek Suroboyo saat menghadapi sekutu. Ternyata, pidato-pidato tersebut merupakan manifestasi dari Resolusi Jihad yang didengungkan oleh para Ulama NU.
Sebelum membacakan pidato legendaris tentang semangat perjuangan itu, Bung Tomo terlebih dahulu meminta izin kepada Rais Akbar Nahdlatul Ulama, atau pimpinan tertinggi NU kala itu, beliau adalah KH Hasyim Asy’ari.
Setelah meminta restu dari Hadratusyekh Hasyim Asy’ari, dirinya pun membacakan pidato tersebut lewat radio yang dengannya semangat arek-arek Suroboyo makin membara.
5. MENIKAH SAAT PERANG
Usia Bung Tomo kala itu 27 tahun. Waktu yang pas untuk melangsungkan pernikahan. Nah, calon pun sudah ada, namun menikah di saat negara sedang bergejolak bukan lah hal mudah.
Terlebih, dirinya adalah bagian penting dalam perjuangan di Surabaya. Dirinya tergabung dalam Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI), organisasi yang ia dirikan sendiri.
Saat hendak menikah dengan calon pasangannya, Sulistina, ia pun meminta izin untuk menikah kepada kelompok milisi ini. Permintaan izin itu didasari rasa bersalah karena menikah di saat suasana sedang genting.
Pernikahan yang berlangsung pada 19 Juni 1947 itu pun berlangsung tanpa pesta. Karena itu merupakan syarat yang harus dipenuhi dari hasil kesepakatan dengan rekan-rekannya di barisan BPRI.
Selanjutnya, pasangan Bung Tomo dan Sulistina diharuskan untuk terus memperkuat semangat perjuangan untuk rakyat dan revolusi. Maklum saja, selain Bung Tomo, Sulistina juga merupakan aktivis perjuangan kala itu.
Baca Juga: Peringati Hari Pahlawan, Simak Sejarah Pertempuran 10 November Usai Kemerdekaan 1945