"Dari lingkup RT kampung yang selama ini dianggap tidak penting, kita bisa menunjukkan bahwa perubahan itu mungkin asalkan dilakukan bersama-sama," imbuhnya.
Ia menyampaikan, bahwa perubahan yang terjadi di Kampung Edukasi Sampah tidak lepas dari peran para kader lingkungan. Yang terus menggerakkan edukasi di tengah masyarakat. Salah satunya adalah Hariyanto, kader senior yang juga melakukan aktivitas edukasi tentang pengelolaan lingkungan di Sidoarjo.
"Dulu warga banyak yang cuek, tapi sekarang malah semangat,” kenang Hariyanto.
Hariyanto mengatakan, aktivitas baik itu ditularkan kepada seluruh lapisan masyarakat melalui pendekatan yang baik. Misalnya, peduli kepada warga maupun kelompok masyarakat yang ingin belajar bersama.
Seperti, menerima kunjungan dari civitas sekolah. Di mana, edukasi diberikan untuk bisa tergerak merawat lingkungan sejak dini. "Hal itu, sekaligus menjadi motivasi bagi kader maupun warga lain, mengenal bukan sekadar tentang sampah, tapi juga masa depan bangsa," terangnya.
Diketahui, Kampung Edukasi Sampah telah menjadi rujukan dan pembelajaran bagi berbagai institusi, sekolah, kampus, komunitas, dan mitra pembangunan. Per tahun setidaknya dikunjungi sebanyak 3.500-4.000 pengunjung, dengan lebih dari 12 perguruan tinggi melakukan kunjungan dan kolaborasi: menjadikan kampung tersebut sebagai bukti nyata bahwa perubahan bisa dilakukan dari akar rumput.
Terbaru, kunjungan dari WVI, pihaknya mengharapkan menjadi energi baru pengelola Kampung Edukasi Sampah terus berkembang, berinovasi, menjalin kemitraan, dan memperluas dampak ke wilayah lain. Kolaborasi itu menjadi bukti, bahwa kepedulian terhadap lingkungan adalah jembatan yang menyatukan banyak pihak dalam satu tujuan bersama. Bumi yang lebih sehat dan masyarakat lebih berdaya. (*)