Sidoarjo, Klikaktual.com - Kampung Edukasi Sampah Sidoarjo, kedatangan tamu istimewa. Ya, kali ini dari Wahana Visi Indonesia (WVI), pada Minggu, 20 Juli 2025.
Organisasi kemanusiaan berfokus pada kesejahteraan anak - pemberdayaan komunitas itu datang untuk malakukan kolaborasi apik. Di sana, rombongan melakukan kunjungan lapangan.
Yang tentunya, juga melakukan diskusi kolaboratif. Di Kampung Edukasi Sampah itulah rombongan WVI sekaligus jaringan dari World Vision International berkesempatan menggali praktik baik dalam strategi perubahan perilaku masyarakat, edukasi lingkungan berbasis komunitas, dan pengelolaan sampah berkelanjutan yang telah dikembangkan oleh warga Kampung Edukasi Sampah.
Kampung Edukasi Sampah menjadi ruang belajar terbuka, menggabungkan unsur edukasi, pemberdayaan ekonomi, budaya gotong royong dalam pengelolaan sampah. Dalam kunjungan itu, tim WVI melihat langsung praktik pemilahan sampah dari rumah, manajemen bank sampah yang dikelola warga, serta keterlibatan anak-anak dan pemuda sebagai agen perubahan.
Sesi diskusi terjalin hangat antara pegiat lingkungan dan rombongan. Yang membahas bagaimana perubahan perilaku bisa dimulai dari hal kecil namun dilakukan secara konsisten dan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
"Kami sangat terinspirasi dengan apa yang dilakukan Kampung Edukasi Sampah,” ungkap Mita Sirait, salah satu perwakilan dari Wahana Visi Indonesia.
"Budaya peduli lingkungan dibangun di sini, terasa hidup dan tumbuh dari kesadaran warga sendiri. Ini adalah contoh nyata transformasi sosial dari bawah yang berdampak luas," lanjutnya.
Baca Juga: Guru KB-TK Al Muslim Dapat Pelatihan Pemrograman Komputer
Edi Priyanto, selaku inisiator dan pegiat lingkungan Kampung Edukasi Sampah, dalam pemaparannya. Jika latar belakang terbentuknya kampung ini merupakan inisiasi KES yang lahir dari keresahan kondisi lingkungan yang kian tercemar.
Menurutnya, lingkungan yang kurang terperhatikan, kebiasaan acuh tak acuh pada tetangga maupun kondisi lingkungan. Yang lebih mengkhawatirkan, warga semakin individualis dan egois. Sikap kapitalis membuat banyak orang peduli pada dirinya sendiri, kehilangan kepedulian terhadap lingkungan dan sesamanya.
Upaya untuk merawat lingkungan dapat terbayarkan dengan puas. Meski, Edi menyadari, bahwa perubahan tak dapat dilakukan secara instan ataupun instruktif. Oleh itu, ia memulai pendekatan pelan tapi pasti sejak tahun 2017 dengan pendekatan edukasi, hati ke hati.
Baca Juga: 3 Orang Tewas di Pernikahan Putra Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi : Saya Sudah Melarang
Jadilah, kata dia, untuk mencapai kebaikan bersama untuk keluarga, dengan membangun kepercayaan warga, mencipta ruang bersama untuk aktivitas, hingga membentuk sistem bank sampah, dan kegiatan lingkungan lainnya yang dikelola oleh warga sendiri.
"Nah, kuncinya adalah gotong royong, keteladanan, dan keberanian untuk memulai," terangnya.