WHO sendiri telah merekomendasikan asupan buah dan sayur minimal lima porsi per hari disertai dengan minum yang cukup tanpa gula.
Mengurangi asupan gula terbukti dapat menghambat peningkatan berat badan anak yang mengalami obesitas.
Menurut salah satu teori menyatakan bahwa kebutuhan kalori itu bersifat individual dan yang terpenting adalah mengajarkan anak untuk mengenali rasa lapar dan rasa kenyang.
Baca Juga: Petilasan Sunan Kalijaga Cirebon, Diyakini Sebagai Tempat Bertapanya Sunan Kalijaga
Anak disarankan untuk makan hanya ketika ia merasa lapar di perut, bukan karena lapar di mulut atau keinginan saja.
Anak juga harus belajar berhenti makan meskipun masih ingin agar ia mampu mengenali rasa kenyang.
Hal tersebut direkomendasikan karena banyak individu anak dan remaja obesitas yang makan karena keinginan saja atau bahkan kecanduan makanan, bukan disebabkan benar-benar lapar.
Baca Juga: Drama Korea Delivery Man Kapan Tayang? Simak Jawabannya di Sini
Pada penelitian lainnya, banyak yang membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif dilanjutkan dengan ASI selama mungkin menurunkan risiko obesitas.
Orang tua juga dihimbau untuk tidak menyuapi anaknya sambil bermain atau menonton televisi karena ternyata dianggap berisiko merusak perilaku makan anak.
Anak akan mengaitkan makan dengan perasaan senang atau perasaan positif yang biasanya menyertai saat menonton acara televisi atau bermain.
Akibatnya, ketika sewaktu-waktu anak merasa sedih atau stres, maka dia akan menghibur diri dengan makan sehingga bisa mengonsumsi makanan berlebih.
Baca Juga: Kapan Our Blooming Youth Episode 6 Tayang? Cek Jadwalnya di Sini! Ada Link Nonton dan Spoiler
Makan tidak boleh berkaitan dengan perasaan senang ataupun sedih dan tertekan.
Cara kedua dalam mengatasi obesitas pada anak yaitu dengan mengajak anak lebih banyak beraktivitas fisik sedang dan berat.