JAKARTA, Klikaktual.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli menyarankan adanya penyuntikan dua dosis vaksin Covid-19 bagi setiap orang. Namun pertanyaan muncul apakah vaksinasi efektif jika suntikan tahap kedua terlambat?
Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan RI, dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan meskipun pemerintah terus mempercepat pelaksanaan vaksinasi, namun tidak menutup kemungkinan akan ada masalah di tengah jalan. Misalnya terkait dengan ketersediaan vaksin. Ada beberapa daerah yang terlambat menerima vaksin untuk penyuntikan dosis kedua. Kondisi ini, lanjutnya, menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas vaksin tersebut.
"Keterlambatan penyuntikan vaksin dosis kedua selama masih dalam interval yang direkomendasikan para ahli, masih aman dan tidak akan mengurangi efektivitas vaksin pertama. Sehingga antibodi kita masih dapat terbentuk dengan optimal melawan virus Covid-19," jelasnya dilansir laman kemkes.go.id, Rabu (4/8/2021).
Baca Juga: Heboh Bantuan Rp2 Triliun, Mabes Polri Turunkan Tim Periksa Kapolda Sumsel
Dia menerangkan, rentang waktu penyuntikan dosis pertama dan dosis kedua, serta dosis pemberian vaksin berbeda-beda sesuai dengan rekomendasi untuk setiap jenis vaksin yang digunakan.
Untuk vaksin Sinovac, jarak penyuntikan dosis 1 ke dosis kedua sebanyak 28 hari, sementara vaksin AstraZeneca 2 sampai 3 bulan. Bagi penyintas dapat divaksin setelah 3 bulan dinyatakan sembuh.
Masih menurut dr Siti, untuk penyintas yang sudah mendapatkan vaksin dosis 1 sebelum dinyatakan positif, maka bisa melanjutkan vaksinasi dosis kedua setelah sembuh 3 bulan. Tidak perlu mengulang.
Pada kesempatan itu, dr Siti memaparkan, vaksinasi merupakan upaya tambahan untuk melindungi seseorang dari potensi penularan Covid-19. Sehingga protokol kesehatan mutlak tetap dilakukan untuk memberikan perlindungan yang optimal.
Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan laju vaksinasi yang saat ini berada di angka 1 juta-1,25 juta setiap harinya. Pemerintah pun telah mendistribusikan 86.253.981 dosis vaksin dan 67.884.947 dosis telah digunakan di 34 provinsi.