“Diperlukan langkah segera untuk dapat memastikan akses setara kepada vaksin, karena tidak ada negara yang dapat sepenuhnya bebas dari Covid-19, selama masih ada negara lain yang terjangkit,” tuturnya.
Terkait distribusi juga dibahas mengenai opsi cost-sharing vaksin melalui COVAX Facility, di mana negara berpenghasilan rendah-menengah yang berada dalam AMC dapat membeli tambahan dosis vaksin, di luar alokasi vaksin gratis yang dijanjikan untuk 20 persen penduduk negara-negara AMC.
Isu ketiga adalah terkait pendanaan. Dari total 8,3 miliar Dolar AS yang dibutuhkan, saat ini telah terkumpul 6,6 miliar Dolar AS. Ini merupakan perkembangan positif dan diharapkan sisanya akan segera dapat terpenuhi di waktu ke depan khususnya saat Pertemuan AMC Summit yang akan diselenggarakan bersama Gavi dan Pemerintah Jepang pada Juni 2021 mendatang.
AMC Summit ini memiliki arti strategis dalam rangka mengumpulkan dukungan dan kontribusi untuk menutup kekurangan pendanaan sekitar 2 miliar Dolar AS dan juga memobilisasi dukungan pemimpin dunia terhadap kerja COVAX Facility.
Isu selanjutnya adalah mengenai upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin. Dalam pertemuan digarisbawahi pentingnya partisipasi aktif tidak hanya pemerintah di seluruh tingkatan tapi juga dukungan berbagai lapisan masyarakat.
Data yang berkualitas dan strategi komunikasi yang baik diyakini akan menjadi elemen kunci untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, terutama dengan adanya tantangan yang ditimbulkan oleh misinformasi.
Sebagai informasi, COVAX Facility adalah inisiatif kolaborasi global terkait vaksin COVID-19 yang terbesar saat ini untuk mendistribusikan vaksin secara gratis. Misinya adalah memastikan distribusi yang setara terhadap vaksin yang aman, berkualitas, dan terjangkau untuk semua. Lewat skema ini, Indonesia telah mendapatkan sekitar 6,4 juta dosis vaksin jadi AstraZeneca dan akan terus bertambah. (rdp)