JAKARTA, Klikaktual.com- Jenderal Besar TNI (Purn Dr H C) Abdul Haris Nasution adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang pernah menjabat sebagai Wakil Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) pada 1948.
Jenderal AH Nasution adalah salah satu jenderal yang lolos dari peristiwa G30S PKI.
AH Nasution mempelopori pembentukan Pemerintahan Militer Indonesia dari gerilyanya. Pada 1950, ia juga dipercaya menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan langsung melakukan reorganisasi dalam struktur internal AD.
Jenderal Abdul Haris Nasution atau yang dikenal dengan sebutan Jenderal AH Nasution ini pun seorang pahlawan nasional Indonesia yang merupakan salah satu tokoh TNI AD yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September/PKI.
Baca Juga: Prediksi Dinamo Zagreb vs Chelsea Liga Champions Malam Ini: The Blues Harus Hati-hati
Selamat dari upaya penculikan tersebut namun Nasution harus kehilangan putrinya Ade Irma Suryani Nasution beserta ajudannya, Lettu Pierre Tendean.
Nasution merupakan konseptor Dwifungsi ABRI yang disampaikan pada tahun 1958 yang kemudian diadopsi selama pemerintahan Soeharto.
Konsep dasar yang ditawarkan tersebut merupakan jalan agar ABRI tidak harus berada di bawah kendali sipil, tetapi pada saat yang sama tidak boleh mendominasi sehingga menjadi sebuah kediktatoran militer.
Bersama Soeharto dan Soedirman, Nasution menerima pangkat kehormatan Jenderal Besar yang dianugerahkan pada tanggal 5 Oktober 1997, saat ulang tahun ABRI.
Baca Juga: Link Live Streaming PSG vs Juventus Malam Ini Pukul 02.00 WIB
Dilansir dari wikipedia, Nasution dilahirkan di Desa Hutapungkut, Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, pada 3 Desember 1918 dari keluarga Batak Muslim. Ia adalah anak kedua dan juga merupakan putra tertua dalam keluarganya.
Ayahnya adalah seorang pedagang yang menjual tekstil, karet dan kopi, dan merupakan anggota dari organisasi Sarekat Islam. Ayahnya, yang sangat religius, ingin anaknya untuk belajar di sekolah agama, sementara ibunya ingin dia belajar kedokteran di Batavia.
Namun, setelah lulus dari sekolah pada tahun 1932, Nasution menerima beasiswa untuk belajar mengajar di Bukit Tinggi.