news

Angka Kematian Covid-19 Tinggi, Kemenkes Bilang Akibat Akumulasi Kasus yang Belum Terlaporkan

Kamis, 12 Agustus 2021 | 05:30 WIB
Ilustrasi Covid-19 (Foto: Shutterstock)

JAKARTA, Klikaktual.com- Angka kematian Covid-19 naik drastis. Setidaknya dalam kurun waktu tiga minggu terakhir. Kasus kematian itu didominasi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut itu terjadi lantaran akumulasi kasus yang belum terlaporkan.

Hal itu seperti dikatakan dr Panji Fortuna Hadisoemarto MPH, Tenaga Ahli Kemenkes. Dikatakan, berdasarkan analisis dari data National All Record (NAR) Kemenkes, didapati bahwa pelaporan kasus kematian yang dilakukan daerah tidak bersifat realtime dan merupakan akumulasi dari bulan-bulan sebelumnya. NAR sendiri adalah sistem big data untuk pencatatan laboratorium dalam penanganan Covid-19 yang dikelola oleh Kemenkes. 

Misalnya laporan kasus Covid-19 di tanggal 10 Agustus 2021, dari 2.048 kematian yang dilaporkan, sebagian besar bukanlah angka kematian pada tanggal tersebut atau pada seminggu sebelumnya. Bahkan 10,7% di antaranya berasal dari kasus pasien positif yang sudah tercatat di NAR lebih dari 21 hari namun baru terkonfirmasi dan dilaporkan bahwa pasien telah meninggal.

Baca Juga: Covid-19 Indonesia Per 11 Agustus, Angka Positif Baru Menurun

“Kota Bekasi, contohnya, laporan kemarin (10/8) dari 397 angka kematian yang dilaporkan, 94% di antaranya bukan merupakan angka kematian pada hari tersebut, melainkan rapelan angka kematian dari bulan Juli sebanyak 57% dan bulan Juni dan sebelumnya sebanyak 37%. Lalu 6% sisanya merupakan rekapitulasi kematian di minggu pertama bulan Agustus,” terang dr Panji, dikutpy dari laman Kemenkes, Rabu 11 Agustus 2021.

Contoh lain adalah Kalimantan Tengah, di mana 61% dari 70 angka kematian yang dilaporkan kemarin adalah kasus aktif yang sudah lebih dari 21 hari namun baru diperbaharui statusnya. dr Panji menuturkan lebih dari 50 ribu kasus aktif yang saat ini adalah kasus yang sudah lebih dari 21 hari tercatat namun belum dilakukan pembaharuannya. 

"Kita saat ini sedang mengkonfirmasi status lebih dari 50 ribu kasus aktif. Jadi beberapa hari kedepan akan ada lonjakan di angka kematian dan kesembuhan yang bersifat anomali dalam pelaporan perkembangan kasus Covid-19. Tapi ini justru akan menjadikan pelaporan kita lebih akurat lagi," beber dr Panji.

Baca Juga: Pemerintah Hapus Indikator Kematian, PKS: Jangan-jangan Ada Pejabat yang Tak Percaya Covid-19

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat drg Widyawati MKM mengakui adanya keterlambatan dalam pembaharuan pelaporan dari daerah akibat keterbatasan tenaga kesehatan dalam melakukan input data akibat tingginya kasus di daerah mereka pada beberapa yang minggu lalu.  

“Tingginya kasus di beberapa minggu sebelumnya membuat daerah belum sempat memasukkan atau memperbarui data ke sistem NAR Kemenkes. Lonjakan-lonjakan anomali angka kematian seperti ini akan tetap kita lihat setidaknya selama dua minggu ke depan. Tentunya ini tidak mengurangi semangat kita untuk terus berpacu menyampaikan data yang transparan dan realtime kepada publik,” tutur drg Widyawati. ***

 

Tags

Terkini

Pemprov Jabar Dorong Proses Sertifikasi Aset Negara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:16 WIB

Begini Cara Pemprov Jabar Era KDM Cegah Bencana Alam

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:10 WIB