Mengacu pada garis imajiner antara Keraton Cirebon dan Astana Gunung Jati, menghubungkan unsur pemerintahan dan spiritualitas sebagai dasar keseimbangan kota.
2. Plaza Runcing Seperti Tombak.
Mengandung makna arah dan tujuan yang jelas, simbol semangat masyarakat Cirebon untuk terus melangkah maju.
Muhib berharap, revitalisasi dari taman kota ini bukan hanya sekedar proyek estetika, melainkan juga menjadi ruang publik yang nyaman, inklusif, serta mampu mendorong interaksi sosial, yang memiliki makna mendalam yang berkaitan dengan harapan bagi Kota Cirebon sendiri.
"KAI tidak hanya hadir untuk menghubungkan kota-kota melalui jalur rel, tetapi juga berupaya menjadi bagian dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat," ujar Muhib.
Melalui program TJSL ini, pihak KAI ngin memberikan kontribusi yang berkelanjutan dan berdampak langsung pada Kota Cirebon.
"Kami memahami bahwa taman kota bukan hanya tempat bersantai, tetapi juga ruang sosial dan budaya. Taman ini kami hadirkan dengan konsep yang menyatukan unsur sejarah, spiritualitas, dan dinamika masyarakat Cirebon yang sangat khas," tuturnya.
"Kami percaya, kehadiran KAI tidak bisa dilepaskan dari komunitas tempat kami berada. Maka dari itu, setiap bantuan yang kami salurkan melalui program TJSL selalu mempertimbangkan aspek sosial, budaya, dan lingkungan," ucapnya.
"Dan Cirebon, sebagai kota yang penuh sejarah, sangat layak mendapatkan ruang publik yang merepresentasikan kekayaan identitasnya," sambung Muhib.*