Malaysia (ketua ASEAN) dan China mendesak kedua negara untuk menahan diri dan dialog. Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan “Peace is the only option”.
Thailand menuduh Kamboja menarget sasaran sipil, termasuk rumah sakit, sebagai kejahatan perang, sementara Kamboja menuduh serangan udara Thailand melanggar hukum internasional.
PM Kamboja Hun Manet meminta sidang darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas agresi Thailand, menyoroti ancaman stabilitas regional.
Leaked call antara PM Paetongtarn Shinawatra dengan Hun Sen di Juni lalu memicu krisis politik. PM telah ditangguhkan, dan partainya kehilangan dukungan koalisi.
Nasionalisme tinggi dan perselisihan identitas budaya ikut membakar api konflik hal yang telah muncul berkali-kali di media sosial dan hubungan publik kedua negara.
Disput Kolonial sejak 1907 hingga sengketa mengenai Kuil Preah Vihear terus menjadi titik panas military clash, yang kembali meledak bulan ini.
Skirmish pada 27 Mei di Chang Bok menewaskan satu tentara Kamboja dan memicu eskalasi yang terus berlangsung hingga sekarang.
Kamboja berencana mulai memberlakukan wajib militer tahun 2026, sebagian sebagai langkah meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi situasi perbatasan.
Konflik saat ini merupakan puncak dari ketidakpercayaan dan rivalitas panjang. Upaya diplomatik, baik dari ASEAN, Cina, maupun PBB, sangat dibutuhkan agar bentrokan tak berkembang menjadi perang terbuka dan membahayakan stabilitas kawasan. (Syamsi Wajkumar)
