Jakarta, Klikaktual.com - Israel dan Iran kini sedang konflik perang. Kedua negara diketahui saling serang rudal.
Konflik terjadi saat Israel tiba-tiba menyerang Iran melalui udara. Hal ini menimbulkan korban jiwa yang 90 persennya adalah warga sipil.
Pihak Israel mengklaim serangan tersebut adalah pencegahan dari ancaman Iran untuk membuat bom nuklir.
Badan Tenaga Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) menolak klaim Israel yang menyebut Iran melanggar aturan mengenai senjata nuklir. Ini berarti, klaim Israel terhadap Iran tidak terbukti.
Baca Juga: Inter Miami Hadapi PSG di 16 Besar, Benfica Wajib Raih Tiga Poin Saat Hadapi Bayern Rabu Dini Hari
Dikutip dari laporan Al Jazeera, serangan Israel terhadap Iran dikarenakan politik negara di dunia Internasional.
Dalam kondisi politik yang tak banyak pilihan, pihak Israel melihat Iran menjadi ancaman potensial oleh banyak negara maju.
Terlebih, Iran termasuk negara dengan militer kuat yang berada di kubu anti dengan Israel. Hal ini yang mendorong Israel melakukan serangan udara.
Karena Ibu Kota Teheran diserang Israel, Iran tak tinggal diam dan membalas dengan rentetan serangan drone dan rudal pada hari Jumat, 13 Juni 2025 malam, dan Sabtu paginya yang menargetkan wilayah Israel.
Baca Juga: Restoran Seafood Apung Bakal Hadir di Gebang, Padukan Pesona Alam dan Cita Rasa Laut
Pihak Israel pun sama tak tinggal diam. Saling serang pun terjadi. Israel menyerang ke lebih dari 200 target nuklir dan militer di berbagai wilayah Iran sejak Jumat, 13 Juni 2025 pagi.
Pada hari kedua, angkatan udara Israel juga melancarkan rentetan serangan menargetkan pertahanan udara Iran.
Salah satunya termasuk lokasi-lokasi peluncur rudal, untuk melumpuhkan kemampuan militer negara tersebut.
Sebagai informasi, perang Israel dan Iran bukan kali pertama terjadi. Tahun lalu, Israel menyerang Kedutaan Besar Iran di Damaskus yang menewaskan tiga komandan Iran.
Lebih jauh lagi, sejak revolusi Islam Iran terjadi pada 1979, hubungan dengan Israel memburuk di kepemimpinan Ayatollah Ruhollah Khomeini.