"Lebih baik kan nyari anak-anak yang tidak diurus, ribuan tuh banyak. Masih ada yang berkelahi di jalan," katanya.
Dedi Mulyadi juga menilai, budaya kritik di Indonesia cenderung menyasar kepada mereka yang sedang bekerja, bukan mereka yang diam.
"Tapi di kita ini biasa, kalau orang lagi ngurus sesuatu ribut. Tapi kalau orang diam enggak diomong,"ujarnya.
"Seharusnya bukan saya yang mendapatkan kritik, melainkan para pemimpin yang tidak berbuat apa-apa untuk rakyatnya," sambungnya.***