Tak hanya mengandalkan situs sejarah, Kota Cirebon juga memiliki kekayaan seni dan kuliner khas yang sudah mendunia.
Dari tari topeng, batik megamendung, hingga empal gentong dan nasi jamblang, semuanya menjadi kekuatan ekonomi kreatif yang terus dikembangkan melalui pelibatan UMKM lokal dan kolaborasi lintas sektor.
Namun demikian, Wali Kota tidak menutup mata terhadap tantangan yang dihadapi. Kota Cirebon, dengan luas hanya 39,466 km² dan kepadatan penduduk tinggi, menghadapi keterbatasan ruang untuk pengembangan pariwisata dan budaya.
Karena itu, ia mendorong adanya dukungan kebijakan dari pemerintah pusat untuk mengatasi hambatan tersebut.
“Kami butuh ruang lebih besar untuk mengembangkan potensi budaya kami secara maksimal,” katanya.
Ia pun mengusulkan pentingnya penataan ulang wilayah administratif Kota Cirebon sebagai langkah strategis untuk mendukung peran kota sebagai pusat budaya Rebana.
“Kota Cirebon siap menjadi mitra strategis. Kami memiliki sumber daya, identitas yang kuat, dan semangat kolaborasi untuk menjadikan budaya sebagai pilar pembangunan kawasan," tuturnya.
Regional Summit ini menjadi momentum penting bagi Kota Cirebon untuk menunjukkan bahwa budaya bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga kekuatan masa depan.
Dengan dukungan kebijakan dan sinergi kawasan, Kota Cirebon siap memainkan peran lebih besar sebagai pusat budaya dan heritage Rebana.***