5 Tempat Wisata Bernuansa Sejarah di Yogyakarta, Salah Satunya ada Taman Sari dengan Arsitekturnya yang Kuno

KLIKAKTUAL.COM - Yogyakarta selain mendapat julukan sebagai kota pelajar, ternyata di Yogyakarta juga menyimpan beberapa tempat wisata yang bernuansa sejarah.

Selain tempat wisata yang keren dan hits, di Yogyakarta juga terdapat beberapa tempat wisata yang mengandung sejarah, yang mana tidak lepas dari sejarah sejarah zaman dahulu.

Menjelajahi sudut sudut Kota Yogyakarta yang kaya akan bangunan cagar budaya, seakan akan membuat kamu menemukan sebuah semangat baru dari ratusan tempat wisata di Yogyakarta.

Yuk langsung saja kamu simak satu persatu dari lima tempat wisata yang bernuansa sejarah di Yogyakarta, yang dihimpun dari berbagai sumber.

1. Tugu Yogyakarta.

Mungkin sebagian orang belum ada yang mengetahui mengenai Tugu Jogja, ternyata Tugu ini memendam makna filosofis tentang semangat perlawanan atas penjajahan dan kini menjadi landmark yang sangat lekat dengan Kota Jogja. Ada juga tradisi memeluk atau mencium tugu ini ketika lulus kuliah.

Tugu Jogja berada tepat di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro.

Tugu Jogja ini ketahui telah berusia hampir 3 abad, dan memiliki makna yang dalam sekaligus menyimpan beberapa rekaman sejarah Kota Yogyakarta.

Tugu Jogja ini kira-kira didirikan setahun setelah Keraton Yogyakarta berdiri.Nah pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan.

Semangat persatuan dan perlawanan rakyat atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu, tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga disebut Tugu Golong Gilig.

2. Taman Sari.

Dengan keindahan arsitekturnya yang kuno, dan pemandangan yang menakjubkan  membuat Taman Sari sangat mempesona. Lorong-lorong dan bangunannya pun menjadikan Taman Sari ini penuh dengan rahasia yang akan terus dikuak.

Menurut sejarah bahwa setelah perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi membangun keraton sebagai pusat pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. 

Titik yang menjadi acuan pembangunan keraton ini adalah sebuah umbul, mata air. Dengan tujuan untuk menghormati jasa istri-istri Sultan karena telah membantu selama masa peperangan.