JAKARTA, Klikaktual.com - Joox sempat menjadi salah satu platform streaming musik yang sangat populer di berbagai kalangan.
Namun sayangnya, nama Joox kini seakan tenggelam dan hampir tak pernah terdengar lagi.
Di tahun 2015, Joox jadi saksi peralihan besar: Dimana orang Indonesia mulai meninggalkan download musik bajakan dan beralih ke platform streaming legal.
Sayangnya, meski sempat menjadi pionir, perlahan nama Joox justru mulai meredup. Bahkan hampir tak terdengar lagi di 2025.
Baca Juga: Jelang Wamil, Rowoon Tampil Sebagai Agen FBI dalam Film Jepang Last Man First Love
Padahal, tampilan aplikasinya rapi dan modern, fiturnya juga lengkap. Tak kalah dengan Spotify.
Lalu, apa yang sebenarnya bikin JOOX kehilangan pamornya dan tenggelam di tengah pasar global?
Joox lahir di tahun 2015 dari perusahaan raksasa asal Tiongkok, Tencent, yang juga membuat aplikasi WeChat.
Saat dirilis, di tahun yang sama, mereka langsung melakukan ekspansi ke Indonesia dan Malaysia dengan waktu yang sangat pas.
Saat itu, Spotify belum masuk ke Indonesia (mereka baru masuk tahun 2016), Apple Music juga masih terbatas di pengguna iOS (sedangkan saat itu Android masih dominan), dan YouTube Music baru resmi hadir di Indonesia di tahun 2019. Sehingga, Joox sempet menikmati "panggung kosong" di era awal streaming musik sebelum persaingan global semakin sengit.
Di awal kemunculannya, Joox punya strategi promosi yang simpel tapi jitu. Dimana mereka memberikan akses VIP gratis untuk pengguna yang mau share aplikasi Joox ke media sosial mereka.
Cara ini terbukti membuat Joox berhasil naik daun. Tahun 2016, Joox menjadi platform musik nomor satu di Indonesia, Hong Kong, Thailand, dan Malaysia sekaligus. Pangsa pasarnya di Indonesia yang tembus hingga angka 34.7%. Meski kahirnha masa kejayaan Joox ini rak berumur panjang.
Berbeda dengan Spotify yang agresif dalam melakukan ekspansi (dan sekarang udah ada di 184 negara), Joox cenderung memilih untuk main aman. Mereka fokus di pasar Asia (Hong Kong, Makau, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand).
Baca Juga: Yoona dan Lee Chae Min Berikan Pandangannya Tentang Kemungkinan Bon Appetit Your Majesty Season 2
Mereka memang sempat menjadi raksasa regional, namun akibat kurangnya ambisi global, Joox akhirnya ketinggalan momentum.Bahkan di awilayah Afrika Selatan, yang dulu pernah jadi pasar terbesarnya di luar Asia,
Joox resmi tutup di awal 2022. Di saat kompetitor jadi pemain dunia, JOOX justru terjebak di liga regional.
Jika diliat sekilas, Joox dan Shopee punya pola yang mirip dalam pengelolaan. Keduanya sama-sama produk Asia dan sama-sama tak bermain di pasar global, dan fokus di pasar regional.
Lantas mengapa, Shopee justru bisa jadi raksasa e-commerce di Asia Tenggara, sementara JOOX justru makin redup?
Baca Juga: Drama Korea Genie, Make A Wis Tempati Posisi 5 Ranking Harian Netflix Global
Shopee ngerti cara "main lokal" dengan adaptasi agresif. Dari promo yang gila-gilaan, kolaborasi dengan idol K-pop, sampai menyesuaikan fitur dengan kebiasaan penggunanya.
Sementara Joox dinilai kurang agresif dalam inovasi dan monetisasi, masih terlalu mengandalkan user gratisan, dan ridak memiliki ekosistem sekuat Spotify atau YouTube.
Baca Juga: Buat Aktor Daniel Henney Berperan Sebagai Anjing, Penulis Genie, Make A Wish Dikecam Netizen
Seiring persaingan makin ketat, nama Joox makin jarang terdengar. Akun Instagram resminya bahkan terakhir aktif pada 2023, yang menunjukkan betapa mereka telah kehilangan agresivitas marketing.
Ditambah perubahan pasar yang makin condong ke Spotify, YouTube Music, dan bahkan Tik Tok sebagai sumber musik, relevansi Joox pun semakin terkikis meski aplikasinya sebenernya masih solid.