Mengenal Perayaan Maulid Nabi: Sejarah, Tradisi, dan Dalilnya

photo author
- Sabtu, 9 Oktober 2021 | 13:40 WIB
Ilustrasi maulid nabi (Pixabay/matponjot).
Ilustrasi maulid nabi (Pixabay/matponjot).

Ahli Tafsir Al-Qur’an Prof Quraish Shihab mengungkapkan bahwa Maulid Nabi dirayakan dengan cara meriah baru dilaksanakan pada zaman Dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa kekhalifahan Al-Hakim Billah. 

Baca Juga: Biodata dan Fakta Menarik Nagita Slavina, Istri Raffi Ahmad yang Sedang Hamil Tua

Menurutnya, inti dari perayaan Maulid Nabi adalah untuk memperkenalkan Nabi Muhammad SAW kepada setiap generasi. Kenal adalah pintu untuk mencintai. Sehingga dengan mengenal Nabi Muhammad SAW, maka umat Muslim bisa mencintainya.

Sementara Ketua Umum PBNU Kiai Said Aqil Siradj menjelaskan bahwa Maulid Nabi merupakan sunah taqririyyah yaitu perkataan, perbuatan yang tidak dilakukan nabi, tetapi dibenarkan Rasulullah SAW. Memuji atau mengagungkan Rasullah SAW termasuk sunnah taqririyah karena tidak pernah dilarang oleh Rasulullah. 

Ini terbukti saat salah satu sahabat yang bernama Ka’ab bin Juhair bin Abi Salma memuji-muji Nabi Muhammad dalam bait nadhom yang sangat panjang. Di hadapan Nabi Muhammad Ka’ab mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah orang hebat dan orang mulia. 

Baca Juga: Inspirasi Nama Bayi dari Bintang, Ada Aldebaran hingga Kejora

Mendengar pujian itu nabi tidak melarang, bahkan membenarkan. Malah Rasulullah memberi hadiah selimut bergaris-garis yang sedang Nabi pakai, yang dalam bahasa Arab dinamakan Burdah.

Sampai saat ini, burdah Nabi Muhammad pun masih ada dan diabadikan di Museum Toqafi Istanbul Turki. Itulah mengapa setiap ada qasidah atau syair yang isinya memuji Nabi Muhammad disebut qasidtul burdah.  

Memperingati Maulid bukan hanya dilakukan oleh umat Nabi Muhammad SAW saja. Nabi Muhammad sendiri juga memperingati kelahirannya dengan berpuasa di hari Senin. Ketika ditanya oleh sahabat, "Kenapa engkau berpuasa ya Rasul? aku berpuasa karena di hari itu aku dilahirkan dan di hari itu pula lah aku mendapatkan wahyu pertama kali," jawab Nabi.

Baca Juga: Sebut PAN, Ridwan Kamil Terang-terangan Mau Nyapres

Dalam artikel NU Online berjudul Maulid Nabi Perspektif Al-Qur'an dan Sunnah, disebutkan beberapa dalil syar’i peringatan Maulid dari Al-Qur’an dan Hadits. 

Di antaranya adalah firman Allah dalam QS Yunus ayat 58 yang artinya, "Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmatNya (Nabi Muhammad Saw) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira." (QS.Yunus: 58). 

Menurut Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani Bergembira dengan adanya Nabi Muhammad SAW ialah dianjurkan berdasarkan firman Allah SWT pada surat Yunus ayat 58 ini. (Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Hasani, Ikhraj wa Ta’liq Fi Mukhtashar Sirah An-Nabawiyah, hal 6-7).

Baca Juga: Viral di TikTok dan Bikin Fans Ambyar, Ini Lirik Lagu Right Through Me Milik DAY6 (Even Of Day) dan Terjemahan

Dalam kitab Fathul Bari karangan al- Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani diceritakan pula bahwa Abu Lahab mendapatkan keringanan siksa tiap hari senin karena dia gembira atas kelahiran Rasulullah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Reynaldi Agustian

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Tiga Teori Masuknya Islam di Indonesia

Selasa, 29 Juli 2025 | 13:24 WIB
X