Tapi sekarang aku di pintu vihara,
berbalut putih putih
Berapa lagi Hari Waisak kan aku ikuti?
Buat apa aku berprilaku seperti ini,
rutinitas dan ritual kuhafal
Aku menjadi takut,
menyadari bahwa aku telah berjalan
naik dan turun di tempat yang sama
dan tidak pernah benar-benar mencapai apa-apa
Aku terhenyak,
Aku diam kali ini, dan berpikir...
Hariku begitu bernilai
Bathinku tidak bergerak maju
Aku hanya si pelaku ritual
Dhamma kurang kupahami,
Meditasi buatku berkhayal atau lelap
Aku masih di pintu,
Tidak mungkin mundur ke belakang
Merubah masa lalu
Tapi aku punya hari ini
Waisakku yang baru
Saatku berharga,
Kumulai dari pintu
Pintu mata, telingaku...juga
seluruh inderaku
Kusadari aku ada saat ini
terlahir sebagai manusia
dalam suburnya Buddha Sassana
Sadar
Untuk menjadi maju,
sila, Dana, samadhi
Guruku yang kuhormati dengan
ritualku,
memberi jalan
mencurahkan Dhamma yang indah
bukan untuk dikagumi,
bukan untuk diperingati sebagai hari merah,
atau upacara berprosesi.
Jalan, pembebasan penderitaan,
meraih Nibanna
di kehidupan mulia ini
Saat ini di pintu vihara,
Aku akan masuk, duduk, ikuti
prosesi, ritual berbeda
karena aku sadari,
aku maju saat ini,
dan terus bergerak maju
Rasa dhamma, kebahagiaan samadhi
kebahagiaan menuju pembebasan
Dimulai...saat ini!
(Sumber: Vihara Dhamma Sasana)
Itulah 3 puisi bertemakan hari raya waisak yang cocok untuk dibagikan di sosial media. Semoga bermanfaat.