JAKARTA, Klikaktual.com- Penyebaran obat Covid-19 tak cukup lewat apotek. Pemerintah harus mengubah cara itu dengan turut melibatkan puskesmas hingga ke desa-desa. Karena faktanya, masyarakat di daerah yang jauh dari perkotaan sulit mendapatkan obat Covid-19.
Hal itu seperti disampaikan Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar. Dia menilai cara pemerintah, dalam hal ini Kemenkes, memberikan informasi tentang ketersediaan obat melalui farmaplus.kemenkes.go.id belum menyentuh seluruh masyarakat.
Farma Plus semula dikembangkan dengan jejaring apotek sampai ke seluruh Indonesia sekaligus untuk memudahkan masyarakat dalam melihat ketersediaan obat di apotek. Namun praktiknya, kata Muhaimin, masih belum mampu menjangkau masyarakat di daerah pedesaan karena apotek tak sepenuhnya ada di setiap desa.
“Kemenkes harus memastikan distribusi obat tidak hanya melalui apotek, tapi sampai puskesmas di desa-desa sehingga masyarakat tidak mengalami kesusahan saat membutuhkan obat,” ujar Muhaimin, dikutip dari laman resmi DPP PKB, Minggu 1 Agustus 2021.
Muhaimin mengatakan keberadaan apotek yang masih belum merata menjadi salah satu sebab lemahnya distribusi dan informasi ketersediaan obat bagi masyarakat yang membutuhkan, terutama obat Covid-19. Apotek sebagian besar terkonsentrasi di kota-kota besar dan didominasi oleh jaringan apotek nasional yang cabangnya belum menjangkau kota-kota lapis kedua. Terutama di luar Jawa.
Oleh sebab itu, Wakil Ketua DPR RI ini menekankan sebaiknya distribusi obat-obatan yang dilakukan Kemenkes selama ini tidak hanya mengandalkan apotek. Melainkan juga perlu melibatkan puskesmas.
“Saya kira nggak cukup kalau hanya mengandalkan apotek, coba gandeng juga puskesmas sampai desa-desa. Kita tahu fasilitas kesehatan ini adalah garda terdepan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya di luar kota-kota besar,” ungkap Muhaimin Iskandar.
Senada dengan Muhaimin, Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Ukay Karyadi menegaskan perlu ada perbaikan terkait platform Farma Plus. Menurut Ukay, frekuensi pembaruan informasi yang dilakukan Kemenkes untuk laman itu masih terbilang rendah lantaran hanya sekali dalam sehari.
“Sebaiknya informasi yang ditampilkan bersifat waktu nyata (real time) agar masyarakat tidak dirugikan. Orang melihat di situs itu ada (stok), tetapi ketika didatangi apoteknya ternyata tidak ada. Seharusnya bisa real time seperti stok obat-obatan di (platform) ojek online atau setidaknya tiga kali sehari lah diupdate jangan hanya sehari satu kali setiap sore,” kata Ukay.