JAKARTA, Klikaktual.com- Orang-orang yang mempunyai rasa benci atau suka mengkritik pemerintah apa lebih mudah direkrut menjadi teroris? Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal mengatakan jika itu benar maka berbahaya bagi sistem demokrasi.
“Stigma yang berseberangan dengan pemerintah lebih mudah direkrut sebagai teroris berbahaya bagi sistem demokrasi,” kata Cucun Ahmad Syamsurijal dikutip dari pkb.id. Anggota Komisi III DPR RI mengatakan kritik yang dilontarkan kepada pemerintah beragam di media sosial (medsos).
Namun itu tidak membuktikan seseorang yang kritis ke pemerintah berarti mudah direkrut menjadi teroris. “Dalam demokrasi, berbagai ekspresi sikap kritis kepada pemerintah, apalagi yang ditunjukkan di media sosial, begitu beragam. Dari kritik membangun hingga sikap nyinyir. Namun tidak berarti mereka mudah direkrut sebagai teroris,” kata Cucun.
Menurut Cucun, jika stigma pembenci pemerintah akan mudah direkrut jadi teroris terus berkembang, itu bisa mematikan daya kritis masyarakat. Dia beralasan masyarakat akan menjadi takut dicap sebagai potential terrorist ketika bersikap kritis ke pemerintah. “Stigma pembenci pemerintah akan mudah direkrut jadi teroris, jika berkembang, akan mematikan daya kritis masyarakat karena mereka takut dicap sebagai potential terrorist. Padahal demokrasi kita membutuhkan sikap kritis tersebut,” katanya.
Cucun mengaku lebih sepakat bahwa pandangan keagamaan radikal lebih dominan menciptakan bibit terorisme. Apalagi, kata dia saat ini perekrut tersebut bergerak melalui platform media sosial dengan menyerang para generasi milenial. “Apalagi saat ini ajaran tersebut kian mudah merekrut pengikut seiring banyaknya kampanye di berbagai platform media sosial yang menyasar generasi milenial,” katanya.
Sebelumnya, mantan anggota jaringan terorisme Jamaah Islamiyah, Nasir Abas, menyatakan orang-orang yang sudah mempunyai rasa benci terhadap pemerintah cenderung lebih mudah direkrut menjadi teroris ketimbang mereka yang masih nol. Sebab, sikap dan ideologi jaringan teroris selama ini biasanya memang memusuhi pemerintah atau siapa pun yang berkuasa.
“Kalau saya akan merekrut orang untuk jadi teroris, saya akan memilih mereka yang sudah punya rasa kebencian kepada pemerintah ketimbang yang masih nol. Ibaratnya, tinggal menambah pupuk sedikit, jadilah," kata mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiah untuk wilayah Filipina, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan, itu. (rdp)