JAKARTA, klikaktual.com - Kegiatan pembelajaran pada era pandemi berkembang ke arah yang lebih bervariasi. Sejak Maret 2020, kegiatan belajar mengajar praktis dilakukan secara daring, luring, atau pun kombinasi daring dengan luring, disesuaikan dengan tingkat kerawanan covid di suatu wilayah.
Dikutip dari laman resmi kemdikbud.go.id , Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Harris Iskandar, mengatakan, situasi pandemi juga mengubah pandangan sebagian orang tua yang melihat kurangnya peran sekolah dalam proses pembelajaran, juga tingginya risiko putus sekolah. Salah satu mitigasi yang dapat dilakukan, kata Harris, adalah dengan mendorong peserta didik untuk mengikuti program kesetaraan.
“Paket A, B C sebagai alternatif agar siswa tetap bisa mengenyam pendidikan, selain itu melakukan kampanye publik, penyaluran bantuan KIP, dan bantuan lainnya, termasuk kolaborasi antar satuan pendidikan dan guru yang terus dipererat,” tutur Harris, pada puncak peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) Tingkat Nasional, Rabu (8/9).
Harris menyebut, kondisi pandemi yang memaksa terjadinya pembelajaran jarak jauh (PJJ) mempertajam terjadinya kesenjangan capaian belajar peserta didik. Penyebabnya, kata dia, adalah perbedaan akses dan kualitas selama PJJ berlangsung. Harris juga mengatakan,pihak yang paling terdampak adalah anak-anak dari tingkat sosial ekonomi miskin dan daerah 3T. “Maka pemerataan pembangunan infrastruktur jaringan internet perlu dilakukan dibarengi dengan peningkatan literasi digital bagi masyarakat luas,” tekan dia.
Merujuk pada proyeksi Bank Dunia mengenai dampak pandemi terhadap Pendidikan Indonesia, yakni skor Programme for International Student Assessment (PISA), mengatakan bahwa peringkat peserta didik Indonesia berpotensi turun dari 371 menjadi lebih rendah hingga 350. Pendapatan peserta didik Indonesia, kata dia, setelah mereka lulus diperkirakan menurun. Proyeksi ini didapat dengan basis capaian pembelajaran yang tidak optimal sehingga menyebabkan kompetensi lulusan juga tidak optimal. “Sehingga akan berujung nantinya pada penurunan produktivitas dan penghasilan,” tambah Harris.
Sebagai bentuk mitigasi atas learning loss, menurut Harris perlu ada penyesuaian kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang dirancang sesuai tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik (teaching at the right level). Tahap berikutnya, kata Harris, adalah dengan penyederhanaan cakupan pembelajaran yang berfokus pada pembelajaran kompetensi literasi dan numerasi serta penumbuhan karakter peserta didik secara holistik.
“Pembelajaran dirancang untuk membangun kapasitas menjadir pembelajar sepanjang hayat. Pembelajaran yang relevan sesuai konteks, lingkungan, dan budaya peserta didik, dan sesuai dengan kebutuhan keahlian masa depan,” terang Haris.