3. Pertarungan Sengit di Level US$ 120.000: Antara Bullish dan Bearish
Level US$ 120.000 kini menjadi zona psikologis yang paling diawasi oleh trader global. Beberapa analis seperti Roman Trader memperingatkan bahwa jika Bitcoin gagal mempertahankan support di US$ 108.000 – US$ 107.000, pasar bisa memasuki tren turun jangka menengah.
Ia menilai bahwa aksi beli di bawah level tersebut harus cukup kuat untuk mencegah terjadinya bear market baru. Namun, analis Skew menilai sebaliknya.
Menurutnya, selama BTC tidak menutup candle harian di bawah US$ 112.000, peluang menuju US$ 120.000 masih terbuka lebar. Ia menyebutkan adanya arus masuk dari “pemain besar” yang kembali membeli di kisaran US$ 115.000.
4. Aksi Likuidasi Rp 315 Triliun dan Reset Leverage Global
Dilansir dari Glassnode dan CoinGlass, lebih dari US$ 20 miliar (±Rp 331 triliun) posisi derivatif crypto terlikuidasi hanya dalam dua hari. Aksi ini memicu penurunan besar dalam open interest (OI) global, dari US$ 89 miliar menjadi US$ 69 miliar, sebelum sedikit pulih ke sekitar US$ 74 myiliar.
Rafael Schultze-Kraft, Co-Founder Glassnode, menilai bahwa peristiwa ini merupakan pembersihan spekulasi besar-besaran yang bisa menjadi fondasi sehat untuk pasar crypto di kuartal berikutnya. Ia juga menambahkan bahwa walau leverage menurun, banyak trader besar masih mempertahankan bias short karena ketidakpastian ekonomi global.
Bagi pengguna ritel, pelajaran pentingnya adalah manajemen risiko. Saat leverage tinggi dan volatilitas meningkat, margin call dan likuidasi bisa terjadi dalam hitungan detik. Itulah pentingnya penggunaan fitur stop loss otomatis, margin alert, dan limit order agar pengguna terlindungi dari fluktuasi ekstrem.
5. Fokus Pasar Beralih ke The Fed dan “Debasement Trade”
Berita dari The Fed setelah Ketua Jerome Powell dijadwalkan menyampaikan pidato mengenai prospek ekonomi AS di Philadelphia. Karena rilis data PPI dan jobless claims tertunda akibat penutupan pemerintahan, pernyataan Powell akan menjadi acuan utama bagi pelaku pasar untuk memperkirakan arah kebijakan suku bunga berikutnya.
Mayoritas analis memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga 0,25 % pada 29 Oktober 2025, yang dapat menjadi katalis positif bagi aset berisiko seperti crypto. Jika prediksi tersebut benar, maka permintaan Bitcoin dan aset digital berpotensi meningkat karena suku bunga rendah cenderung melemahkan nilai dolar AS.
Selain itu, laporan dari Mosaic Asset Company menunjukkan bahwa tren debasement trade, yaitu pergeseran modal ke aset lindung nilai seperti Bitcoin dan emas masih berlanjut. Dengan utang global yang terus meningkat dan ekspansi moneter yang belum mereda, investor mencari alternatif dari sistem keuangan tradisional.
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pekan ini menandai salah satu periode paling bergejolak dalam sejarah crypto modern. Dari aksi likuidasi besar senilai ratusan triliun rupiah hingga potensi pemangkasan suku bunga The Fed, semua faktor makro dan mikro saling bertemu membentuk dinamika pasar yang luar biasa kompleks.
Namun, di balik ketidakpastian, terdapat peluang besar bagi trader yang siap. Dengan memahami faktor teknikal, menjaga disiplin risiko, serta menggunakan platform trading crypto yang aman seperti Pintu Futures, trader dapat memanfaatkan setiap fluktuasi harga sebagai peluang, bukan ancaman.
Jika Bitcoin berhasil menembus US$ 120.000 dengan volume kuat, maka sinyal bull run baru bisa saja dimulai. Tetapi jika gagal mempertahankan US$ 112.000, pasar mungkin memasuki koreksi lanjutan. Apa pun arahnya, satu hal pasti, volatilitas akan tetap menjadi sahabat sekaligus ujian utama bagi seluruh pelaku pasar crypto di sisa tahun 2025.