news

Kisah Tiga Raja Debt Collector Paling Ditakuti di Indonesia, Memulai Bisnis dari Nol

Senin, 21 Juli 2025 | 23:20 WIB
Ilustrasi debt collector

 

 

KLIKAKTUAL.COM – Saat ini, istilah debt collector atau penagih utang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, baik di kalangan bawah, menengah, maupun atas. Fenomena ini semakin mencuat seiring maraknya layanan pinjaman online. Ketika peminjam gagal membayar tepat waktu, mereka biasanya akan dihubungi bahkan didatangi langsung oleh para debt collector.

Di Indonesia, terdapat tiga sosok debt collector yang dikenal paling ditakuti oleh para debitur. Mereka adalah John Kei, Hercules Rosario Marshal, dan Basri Sangaji tiga nama yang kerap disebut sebagai “raja” dalam dunia penagihan utang di Tanah Air

Para debt collector ini dikenal karena metode penagihan mereka yang keras dan tegas, bahkan tak jarang menggunakan kekerasan. Cara-cara inilah yang membuat nama ketiganya sering menjadi sorotan media dan menjadi figur yang cukup populer, baik secara positif maupun negatif.

Lantas, bagaimana kisah ketiga tokoh tersebut hingga bisa menjadi debt collector paling ditakuti di Indonesia? Simak ulasan berikut.

1. John Kei

Baca Juga: Inilah Tiga Raja Debt Collector Paling Berani di Indonesia, Siapa Saja?

Nama John Kei mulai dikenal publik saat ia tiba di Jakarta pada tahun 1992. Saat itu, ia datang ke Ibu Kota sebagai pelarian karena terancam ditangkap oleh aparat kepolisian di Maluku dan Surabaya. Di Jakarta, John Kei membentuk kelompok sendiri yang terdiri dari warga perantau asal Pulau Kei dan sekitarnya.

2. Basri Sangaji

Berbeda dengan John Kei, Basri Sangaji datang ke Jakarta murni untuk mengadu nasib. Ia berasal dari Pulau Haruku, Maluku, dan kemudian dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam jaringan debt collector di Ibu Kota. Ia juga membentuk kelompok yang terdiri dari warga Ambon dan wilayah sekitar.

3. Hercules Rosario Marshal

Hercules memiliki latar belakang yang unik. Ia dibawa ke Jakarta oleh pihak militer karena pernah menjadi Tenaga Bantuan Operasi (TBO) Kopassus saat konflik di Timor Timur. Pada masa Orde Baru, ia dikenal sebagai preman yang selalu membawa senjata tajam ke mana pun pergi. Namanya pun dikenal luas karena keberaniannya.

Menurut Ian Douglas Wilson dalam buku Politik Jatah Preman (2018), ketiganya awalnya menawarkan jasa keamanan untuk kelompok masyarakat tertentu demi menjaga ketertiban di suatu wilayah. Seiring waktu, kelompok ini berkembang dan menarik banyak anggota, terutama dari kampung halaman mereka masing-masing.

Halaman:

Tags

Terkini

Pemprov Jabar Dorong Proses Sertifikasi Aset Negara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:16 WIB

Begini Cara Pemprov Jabar Era KDM Cegah Bencana Alam

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:10 WIB