KLIKAKTUAL.COM – Profesi debt collector atau penagih utang bukanlah pekerjaan yang bisa dilakukan oleh sembarang orang. Dibutuhkan keberanian, ketegasan, serta mental yang kuat untuk menjalani profesi ini.
Seiring berkembangnya teknologi dan menjamurnya aplikasi pinjaman online, nama debt collector semakin dikenal luas oleh masyarakat. Di balik ketenarannya, terdapat sosok-sosok legendaris yang dijuluki sebagai “Raja Debt Collector” di Indonesia.
Tiga nama yang kerap disebut dalam dunia debt collector nasional adalah John Kei, Hercules Rosario Marshal, dan Basri Sangaji. Ketiganya berasal dari wilayah Indonesia Timur dan merantau ke Ibu Kota Jakarta dengan latar belakang kehidupan yang berbeda-beda.
Dikutip dari peneliti Douglas Wilson, John Kei tiba di Jakarta pada tahun 1992. Ia kabur ke Ibu Kota karena terancam dipenjara oleh pihak kepolisian di Maluku dan Surabaya. Sementara itu, Basri Sangaji datang ke Jakarta murni untuk mencari peruntungan. Adapun Hercules diboyong oleh pihak militer karena pernah menjadi Tenaga Bantuan Operasi (TBO) Kopassus di Timor Timur.
Ketiganya memiliki kesamaan: tidak memiliki keahlian khusus untuk bertahan hidup di Jakarta, kecuali keberanian. Mereka pun sempat hidup sebagai gelandangan dan kemudian dikenal sebagai preman.
Pada awalnya, jasa mereka digunakan oleh kelompok masyarakat untuk menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah tertentu. Perlahan, mereka membentuk kelompok masing-masing yang berisi para perantau dari kampung halaman mereka.
John Kei dan Basri Sangaji memimpin kelompok dari Maluku. John berasal dari Pulau Kei, sementara Basri dari Pulau Haruku. Sementara Hercules dikenal sebagai pemimpin kelompok perantau asal Timor.
Dalam perjalanannya, mereka tak hanya dikenal sebagai penjaga keamanan wilayah, tetapi juga terlibat dalam aktivitas penagihan utang dan bisnis makelar tanah sejak tahun 1990-an. Kegiatan tersebut kemudian menjadikan mereka dikenal sebagai tokoh-tokoh berpengaruh di dunia underground Jakarta.
Melansir dari Vice, pertumbuhan sektor keuangan dan perbankan swasta turut membuka peluang bagi kelompok mereka untuk masuk ke dunia penagihan utang. Ketika krisis moneter melanda dan banyak bank mengalami kredit macet, jasa kelompok ini semakin dibutuhkan untuk menagih utang ke para nasabah.
Selain itu, mereka juga sering dimanfaatkan untuk menjaga lahan di Jakarta yang pada saat itu masih belum tertata dengan baik. Maraknya kepemilikan ganda atas tanah membuat banyak warga menggunakan jasa kelompok dari Indonesia Timur untuk menjaga hak kepemilikan mereka.
Popularitas dan pengaruh mereka semakin meluas ketika perusahaan-perusahaan besar mulai menggunakan jasa kelompok ini dalam berbagai urusan bisnis. Sejak saat itu, nama John Kei, Hercules, dan Basri Sangaji pun dikenal luas sebagai Raja Debt Collector Republik Indonesia.**