Klikaktual.com - Tari topeng merupakan budaya asli Cirebon yang sudah diakui dunia. Dalam sejarahnya tari topeng merupakan media dakwah penyebaran Islam di tanah Jawa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati.
Perpaduan antara kesenian dan kekayaan budaya Cirebon serta disisipkan dakwah Islam didalamnya, menjadikan Islam dapat diterima di masyarakat. Mengingat pada saat itu masyarakat Jawa sangat senang dengan kesenian.
Tari topeng sendiri berasal dari kata "Ketok-ketok gepeng" yang berasal dari pembuatan topeng dengan ketokan hingga menjadi gepeng. Tari topeng mempunyai filosofi gambaran kehidupan manusia dari lahir sampai usia dewasa. Tari topeng menggambarkan tentang kepribadian, cinta , angkara murka , serta kepemimpinan.
Jenis tari topeng Cirebon di bagi menjadi lima kategori :
1. Topeng Panji, menggambarkan anak yang baru lahir , suci dan halus. Jenis topeng berwarna putih.
2. Topeng samba, menggambarkan anak kecil yang sedang tumbuh dan lincah. Jenis topeng berwana pink keputihan.
3. Topeng Rumyang , menggambarkan anak yang sudah melepas masa duniawinya dan menjadi manusia yang harum ( masa puber ). Jenis topeng berwana pink.
4. Topeng Tumenggung, menggambarkan manusia dewasa yang tegas. Jenis topeng berwana coklat.
5. Topeng kelana , menggambarkan jiwa manusia yang penuh dengan hawa nafsu dan emosi, tariannya agresif dan enerjik. Jenis topeng berwarna merah.
Pergelaran tari topeng sendiri biasanya diadakan pada acara adat seperti sedekah bumi , sedekah laut, maulud ataupun hari besar Islam lainnya.
Gerakan tari topeng tiap-tiap wilayah berbeda-beda dan mempunyai khas tersendiri, tari topeng sendiri berasal dari Losari, Jatibarang, Indramayu dan Brebes mengingat dua daerah tersebut berbatasan dengan Cirebon.
Dinas kebudayaan provinsi Jawa Barat telah meresmikan museum topeng di Balai Kota Cirebon untuk dinikmati oleh masyarakat umum pada tanggal 2 September 2024 ditandatangani Pj Wali Kota Cirebon, Agus Mulyadi pada saat itu. Langkah ini diambil sebagai strategi pengenalan budaya Cirebon. (Muhammad Dedi Wijaya)