KLIKAKTUAL.COM - Lirik lagu "Bayar Bayar Bayar" dari band Sukatani, belum lama ini telah menarik perhatian publik.
Pasalnya, band Sukatani baru-baru ini telah menarik kembali lagu berjudul "Bayar Bayar Bayar" dari semua platfrom pemutar musik.
Hal itu diketahui di akun Instagram @sukatani.band, karena lirik lagu berjudul "Bayar Bayar Bayar" menimbulkan kontroversi menyinggung institusi Polri.
"Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kapolri dan institusi Polri atas lagu ciptaan kami dengan judul Bayar Bayar Bayar, yang dalam liriknya terdapat kata-kata bayar polisi yang telah kami nyanyikan, sehingga viral di beberapa platform media sosial,” ujar Lutfi dalam pernyataannya, dikutip pada hari Senin, 24 Februari 2025.
Menurutnya, lagu tersebut sejatinya diciptakan sebagai bentuk kritik terhadap oknum kepolisian yang melanggar peraturan, bukan ditujukan kepada institusi Polri secara keseluruhan.
"Kami tidak ingin menanggung risiko lebih jauh atas penyebaran lagu ini. Kami juga meminta para penggemar dan pengguna media sosial, untuk menghapus unggahan yang sudah tersebar," lanjut Lutfi.
Atas keputusan tersebut, band Sukatani pun menjadi sorotan media luar Negeri, salah satunya adalah Channel News Asia (CNA), yang mengangkat polemik ini dalam salah satu artikelnya.
Baca Juga: Sujiwo Tedjo Buka Suara Soal Polemik Band Sukatani, Tak Percaya Dengan Pernyataan Kapolri
Dalam isi artikelnya itu, lirik lagu "Bayar Bayar Bayar" menimbulkan kontroversi, karena liriknya yang dianggap menginsinuasikan bahwa polisi menerima suap.
Meski demikian, dalam pernyataan resminya, Sukatani menegaskan bahwa kritik dalam lagu tersebut hanya ditujukan kepada oknum tertentu, bukan kepada seluruh institusi kepolisian.
Dalam artikel yang diterbitkan oleh Channel News Asia juga menjelaskan bahwasannya band Sukatani, yang dibentuk pada 2022, dikenal dengan lagu-lagu yang mengangkat isu ketidakadilan sosial dan agraria.
Grup band ini juga, kerap mengadakan pertunjukan dengan mengenakan balaclava dan membagikan hasil pertanian kepada para penonton, sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan petani.***