Klikaktual.com- Tahun ajaran baru 2025/26 resmi dibuka sejak Senin (14/07/2025). Sejumlah sekolah telah melakukan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Namun ada pemandangan yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni sekolah swasta sepi peminat.
Lalu faktor apa yang menjadi penyebab sekolah swasta sepi peminat?
Kebijakan terbaru pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam memaksimalkan kuota lima puluh siswa per kelas. Kebijakan ini diambil atas dasar warga sekitar lokasi sekolah banyak yang tidak masuk serta untuk membantu warga Jawa Barat yang putus sekolah dikarenakan persoalan biaya. Seperti pernyataan resmi dari Geburnur Jawa Barat dedi Mulyadi (KDM).
Kebijakan ini diambil dari kekhawatiran bagi masyarakat sekitar yang tidak masuk ke sekolah negeri lalu putus sekolah, sehingga memaksimalkan kouta lima puluh perkelas ini dilakukan.
"Perlu digarisbawahi maksimal lima puluh ya! Artinya dalam perjalanannya bisa saja 25, bisa 30 atau 35," ujar Dedi Mulyadi.
Sementara itu, dalam pernyataan Wakil Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah Kedawung, Fatimah dalam wawancara dengan wartawan Klikaktual menyampaikan bahwa kebijakan ini sangat berimbas pada sekolah swasta.
"Setiap tahunnya kita sekolah swasta sudah mulai ada penurunan. Sistem zonasi saja sudah membuat angka penurunan bagi sekolah swasta, ditambah setiap kecamatan sudah ada sekolah-sekolah negeri baik itu SMA maupun SMK , terus ini ditambah dengan sistem memaksimalkan kouta lima puluh siswa perkelas," ujarnya.
Fatimah melanjutkan bahwa keinginan orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri adalah hal yang wajar. Sebagai kepala sekolah, Fatimah mendukung program pemerintah Provinsi Jawa Barat, terutama dalam hal pendidikan.
"Seperti siswa nakal harus ke barak, atau anak harus datang jam 06:30 pagi. Kegiatan tersebut sudah kami lakukan sejak tahun 2014, dan saya selaku guru BK merasa terwakilkan. Namun, untuk program penambahan kouta maksimal perkelas lima puluh siswa, kami memohon kepada Pak Gubernur untuk mengkaji ulang ataupun memberikan solusi bagi sekolah swasta," harapnya. (Muhammad Dedi Wijaya)