JAKARTA, Klikaktual.com - Fenomena buzzer kini tak bisa dipisahkan dari kontestasi politik di Indonesia. Buzzer menjadi hal yang kerap ditemui di media sosial. Buzzer bertugas menggiring opini.
Buzzer umumnya dibuat berkelompok. Tim ini memiliki ratusan akun media sosial. Beberapa di antara mereka ditugaskan untuk mendorong isu-isu pesanan demi menyerang atau bertahan lewat media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Instagram.
Agar trending, Twitter setidaknya butuh seribu cuitan dalam waktu intens singkat dari seluruh Indonesia. Mereka menyiasati dengan menggunakan tagging agar cuitannya bisa naik dan menjadi hot topic nasional.
Baca Juga: 3 Tempat Wisata Masjid Unik di Semarang, Dijamin Bikin Kamu Berdecak Kagum
Kegiatan buzzing memiliki dua aspek penting, yakni pesan yang ingin disampaikan dan cara agar pesan itu tersebar seluas-luasnya. Awalnya mereka akan membuat materi terlebih dulu. Kemudian jika sudah ‘matang’, serempak akan disebar ke media sosial.
Dalam beraksi, ada tiga model yang dilakukan buzzer. Pertama, menggunakan BOT, yaitu perangkat lunak atau aplikasi untuk menjalankan komando secara otomatis di internet, termasuk memposting hal berbau politik yang memihak.
Baca Juga: Omicron XBB Terdeteksi di Indonesia, Simak 10 Gejala Berikut yang Harus Diwaspadai
Kedua, menggunakan akun-akun palsu. Cirinya memiliki jumlah post, followers, dan following yang sedikit. Ketiga, meminta banyak akun untuk retweet atau like postingannya.***