JAKARTA, Klikaktual.com - Salah satu kepercayaan dan budaya masyarakat Jawa terdahulu atau leluhur yang sampai saat ini masih melekat adalah bulan Suro.
Bagi masyarakat Jawa, Bulan Suro merupakan bulan istimewa, yang identik dengan kesakralan, keramat dan kesucian.
Selain bulan suci, Bulan Suro juga disebut sebagai tumekaning sengkolo atau banyak musibah yang diturunkan oleh Tuhan.
Untuk mengatasi tumekaning sengkolo itu, maka para leluhur Jawa di masa lampau melakukan ritual-ritual sebagai penangkal dari sengkolo.
Baca Juga: Bromo Transit Park, Wisata Baru Malang yang Gak Bikin Kantong Jebol
Ritual yang dilakukan di setiap daerah berbeda-beda, mulai dari jamas pusaka, ruwatan, sesajen agung atau ritual lainnya.
Proses penangkalan itu dengan memanfaatkan gelombang energi besar yang dimiliki Bulan Suro agar berdampak positif bagi kehidupan.
Maka dari itu, bulan suro banyak digunakan untuk kegiatan-kegiatan seperti mensucikan diri, mensucikan dan menjernihkan energi spiritual keris, susuk, jimat dan lainnya.
Baca Juga: Mengapa Bulan Suro Menjadi Bulan Istimewa dan Sakral Bagi Leluhur Jawa? Ini Penjelasannya
Bulan Suro yang dianggap bulan sakral, juga memiliki banyak pantangan yang dilarang untuk dilakukan saat Bulan Suro.
Larangan-larangan tersebut diantaranya adalah menggelar pesta pernikahan, hajatan, membangun atau pindah rumah dan lainnya.
Demikian informasi mengenai hubungan sengkolo dengan bulan suro yang berdampak pada tradisi-tradisi yang dilaksanakan. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan.***