religi

Renungan Harian Katolik dan Bacaan Injil untuk 31 Juli 2022

Sabtu, 30 Juli 2022 | 22:11 WIB
Renungan Harian Katolik (Unsplash/Isabella and Zsa Fischer)

Baca Juga: Menyambut HUT Indonesia 17 Agustus, Ini Imbauan Mensesneg

Kemudian Ia menceritakan kepada mereka perumpamaan berikut, "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya, 'Apakah yang harus kuperbuat, sebab aku tidak punya tempat untuk menyimpan segala hasil tanahku.'

Lalu katanya, 'Inilah yang akan kuperbuat: Aku akan merombak lumbung-lumbungku, lalu mendirikan yang lebih besar, dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum serta barang-barangku.

Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah, minumlah, dan bersenang-senanglah!'

Tetapi Allah bersabda kepadanya, 'Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?'
Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah."
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Minggu 31 Juli 2022

Hidup dengan kelimpahan harta merupakan sebuah anugerah yang luar biasa. Dengan harta yang dimiliki, seseorang mampu melakukan banyak hal. Bisa jadi semua yang diinginkannya mampu ia raih, apa yang diharapkannya bisa tercapai.

Menjadi wajar jika seorang yang kelimpahan harta mampu menempuh pendidikan setinggi mungkin. Orang yang dasarnya sudah kaya, bisa jadi akan semakin kaya karena berbagai kemungkinan akan mampu ia jalani.

Ia mempunyai pemikiran yang luas. Mentalitasnya sudah mentalitas orang yang menjalankan bisnis dalam skala besar misalnya. Maka kita menjadi ingat apa yang dikatakan Yesus ‘yang punya akan semakin ditambah, yang tidak punya, bahkan apapun yang ada padanya akan diambil’.

Perikop ini diberi judul ‘orang kaya yang bodoh’. Padahal kalau kita lihat, dalam arti tertentu tidak ada orang kaya yang bodoh. Jika ia bodoh, maka kekayaannya akan habis dan ia tidak mampu mengembangkan kekayaannya. Tetapi kenyataannya perikopa ini diberi judul demikian. Pertanyaannya, mengapa ia sampai dikatakan sebagai orang kaya yang bodoh?

Kiranya letak kebodohan utama dari orang kaya ini adalah bahwa ia hanya berhenti pada kekayaannya. Setelah ia kaya, ia tidak mampu mengerti untuk apa kekayaannya. Setelah berlimpah harta, ia hanya berhenti pada diri sendiri. Ia mengumpulkan harta itu hanya untuk dirinya sendiri. Padahal ia mendapat kekayaan juga dari orang lain, bukan dari dirinya sendiri.

Kiranya, kekayaan bukanlah sebuah kesalahan, bukan sesuatu yang dilarang. Justru dengan kekayaan itu seseorang mampu untuk berbuat kebaikan yang jauh lebih besar. Dengan kekayaan seseorang mampu berbuat banyak hal.

Kekayaan adalah berkat dari Tuhan sendiri. Kekayaan adalah buah dari usaha dan perjuangan yang membutuhkan ketekunan dan keuletan. Kekayaan adalah bagian indah dalam kehidupan. Kiranya semua orang mempunyai keinginan untuk menjadi orang yang kaya. Tidak sedikit orang yang berusaha untuk menjadi kaya.

Berefleksi dari perikopa hari ini, pertanyaan pokok untuk kita adalah setelah kaya, terus kita mau apa? Tidak sedikit orang yang bercita-cita menjadi orang kaya. Setelah kaya kemudian menjadi bingung, kemudian mau apa?

Itulah yang terjadi pada kisah hari ini. Orang kaya itu tidak mampu memanfaatkan kekayaannya untuk berbuat sesuatu yang lebih, terutama untuk mereka yang tidak seberuntung dirinya. Nampak sekali yang menjadi pusat adalah dirinya, orang lain masa bodoh.

Halaman:

Tags

Terkini

Tiga Teori Masuknya Islam di Indonesia

Selasa, 29 Juli 2025 | 13:24 WIB