Berdasarkan keterangan hadits tersebut para ulama berpandangan bahwa yang dimaksud oleh Nabi Muhammad SAW perihal larangan memotong rambut dan kuku adalah bagi orang yang ingin menunaikan ibadah kurban. Larangan tersebut dimulai dari awal bulan Dzulhijjah hingga selesai menyembelih hewan kurban.
Para ulama kelompok ini meyakini bahwa berkurban akan menyelamatkan umat Islam dari siksa api neraka. Oleh sebab itu, umat Islam dilarang untuk memotong rambut dan kuku sebelum hewan kurban disembelih supaya seluruh tubuh umat Islam terlindungi dari siksa api neraka.
Meskipun kelompok ulama pertama ini sepakat dalam memahami dan memaknai hadits tersebut ditujukan bagi orang yang berkurban, namun perihal implikasi dan hukum larangan memotong rambut dan kuku oleh shohibul qurban, para ulama mengalami perbedaan pandangan. Dalam Mirqatul Mafatih, Al Qari menyimpulkan sejumlah perbedaan tersebut sebagai berikut:
Baca Juga: 3 Tempat Makan Soto di Lamongan yang Enak, Harga Kaki Lima, Rasa Bintang 5!
الحاصل أن المسألة خلافية، فالمستحب لمن قصد أن يضحي عند مالك والشافعي أن لا يحلق شعره، ولا يقلم ظفره حتي يضحي، فإن فعل كان مكروها. وقال أبو حنيفة: هو مباح ولا يكره ولا يستحب، وقال أحمد: بتحريمه
Artinya, "Intinya ini masalah khilafiyah: menurut Imam Malik dan Syafi'i disunahkan tidak memotong rambut dan kuku bagi orang yang berkurban, sampai selesai penyembelihan. Bila dia memotong kuku ataupun rambutnya sebelum penyembelihan dihukumi makruh. Sementara Abu Hanifah berpendapat memotong kuku dan rambut itu hanyalah mubah (boleh), tidak makruh jika dipotong, dan tidak sunah pula bila tidak dipotong. Adapun Imam Ahmad mengharamkannya.
Berdasarkan keterangan tersebut terdapat variasi hukum perihal larangan memotong rambut dan kuku sebelum Idul Adha. Terdapat ulama berpandangan tidak memotong kuku dan rambut bagi orang yang berkurban hingga penyembelih itu sunnah, ada juga yang berpandangan bahwa itu makruh, mubah, bahkan juga ada yang mengharamkannya.
Baca Juga: Fakta Menarik Bahasa, Kru, dan Pemain Film Onde Mande yang Serba Minang
2. Larangan Memotong Rambut dan Kuku Ditujukan untuk Hewan Kurban
Dalam pandangan kedua ini para ulama berpendapat bahwa yang dilarang itu bukan memangkas rambut atau memotong kuku orang yang berkurban, melainkan bulu dan kuku hewan kurban. Hal ini disebabkan karena bulu, kuku, dan kulit hewan kurban tersebut akan menjadi saksi di hari akhir kelak.
Meskipun pandang kedua ini dianggap aneh atau gharib oleh sebagian umat Islam, namun belakangan ini pandangan tersebut diperkuat oleh Kiai Ali Mustafa Yaqub dalam kitabnya At-Turuqus Shahihah Fi Fahmis Sunnatin Nabawiyah, dalam kitab tersebut Kiai Ali menyebutkan bahwa dalam melakukan pemahaman tersebut suatu hadits maka perlu untuk membandingkannya dengan hadits lainnya. Sebagaimana keterangan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah berikut ini:
Baca Juga: Favorit Wisatawan, 4 Makanan Khas Lamongan Ini Cocok Dijadikan Sebagai Oleh-oleh, Pernah Mencicipi?
ما عمل آدمي من عمل يوم النحر أحب إلى الله من إهراق الدم، إنه ليأتي يوم القيامة بقرونها وأشعارها وأظلافها. وإن الدم ليقع من الله بمكان قبل أن يقع من الأرض فطيبوا بها نفسا
Artinya, "Rasulullah SAW mengatakan, 'Tidak ada amalan anak Adam yang dicintai Allah pada hari Idul Adha kecuali berkurban. Karena ia akan datang pada hari kiamat bersama tanduk, bulu, dan kukunya. Saking cepatnya, pahala kurban sudah sampai kepada Allah sebelum darah hewan sembelihan jatuh ke tanah. Maka hiasilah diri kalian dengan berkurban (HR Ibnu Majah).
Begitu pula dengan hadits riwayat al-Tirmidzi: