Imron berharap, kasus ini menjadi perhatian bersama, khususnya bagi lingkungan sekolah dan masyarakat, untuk lebih peka terhadap kondisi sosial dan psikis peserta didik, sehingga kasus serupa dapat dicegah lebih dini.
Sementara itu, pihak SMAN Tengah Tani melalui Kepala Sekolah, Euis Yeti Srinawati, mengungkapkan bahwa pihak sekolah tidak pernah mengeluarkan M.
Ia menjelaskan, siswa tersebut sempat tidak hadir sejak awal semester dan sulit dihubungi karena berpindah-pindah tempat tinggal.
"Kami justru mencarinya. Kami sudah mencoba menjalin komunikasi, tapi memang sulit karena alamatnya tidak tetap," ujar Euis.
Ia juga menambahkan, bahwa sekolah terbuka terhadap siswa yang mengalami kendala, baik ekonomi maupun psikologis, dan tidak membebani siswa dengan biaya yang menyulitkan.
"Justru di sini tidak mengekang, apalagi soal biaya pendidikan," pungkasnya.*