CIREBON, Klikaktual.com - Pandemi Covid-19 yang statusnya sudah dicabut ini menjadi berkah tersendiri bagi kehidupan masyarakat, salah satunya saat liburan panjang yang menjadi ajang masyarakat untuk berlibur bersama keluarga.
Salah satu wisata religi Menara Kudus dan Makam Sunan Kudus menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat lokal hingga mancanegara usai pandemi Covid-19 dicabut.
Wisata religi ini mempunyai perspektif sapta pesona dengan berbagai fasilitas dan spot yang populer untuk dikunjungi.
Baca Juga: Batavia PIK: Kawasan Wisata Kuliner Terbaru di Jakarta Utara dengan Fasilitas Bertaraf Internasional
Wisata religi ini mempunyai jam operasional yang buka setiap hari selepas Salat Subuh, dan tutup pada pukul 24.00 atau pukul 12.00 malam.
Diperkirakan adanya puncak kenaikan pengunjung pada libur panjang sekolah dan libur Hari Raya Kurban.
Wisatawan dan peziarah yang hadir tidak hanya berasal dari wilayah Kabupaten Kudus saja, melainkan berasal dari berbagai Kabupaten atau Kota lain di beberapa provinsi. Bahkan juga ada yang berkewarganegaraan lain.
Potret Menara Masjid Kudus ini mempunyai arsitektur yang unik dengan menggabungkan arsitektur Jawa, Hindu, dan Islam.
Baca Juga: Baca Komik Quest Supremacy Chapter 93 Resmi di Webtoon, Soohyun Dapat Kartu Master
Masjid Kudus ini tersusun dari batu bata merah dengan ketinggian mencapai 17 meter, dibangun sejak 1685 oleh Syeh Jafar Shodiq (Sunan Kudus). Sementara Menara Kudus tingginya mencapai 15 meter dengan menggambarkan akulturasi budaya khas Jawa-Hindu.
Masjid Menara Kudus ini satu-satunya di Indonesia dengan karakteristik khas, dimana tubuh menara kental dengan budaya Hindu, sedangkan atapnya berbentuk kubah Islam, dan pancuran wudhunya berkarakteristik Buddha.
Baca Juga: Jelang Pemilu di 2024, ASN di Yogyakarta Dihimbau Tidak Terlibat Politik Praktis
Bangunan Menara Masjid Kudus ini menyerupai Candi Jago, sebuah peninggalan Raja Singasari Wishnuwardhana.
Daya tarik lainnya berupa pintu gerbang Masjid Menara Kudus juga yang sangat mirip dengan Candi Belah atau Candi Bentar. Sementara dua daun pintu dibuat kembar sebagai totalitas tradisi seni kori agung atau paduraksa.