Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, lalu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat.” Sesudah itu Yesus berseru, “Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah mendengar.”
Para murid menanyakan kepada Yesus maksud perumpamaan itu. Yesus menjawab, “Kalian diberi karunia mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi hal itu diwartakan kepada orang lain dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat, dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
Inilah arti perumpamaan itu: benih itu ialah Sabda Allah. Yang jatuh di pinggir jalan ialah orang yang telah mendengarnya, kemudian datanglah Iblis, lalu mengambil sabda itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.
Baca Juga: 7 Fakta Film Rab Ne Bana Di Jodi yang Diperankan Shah Rukh Khan
Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, ialah orang yang setelah mendengar sabda itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar. Mereka hanya percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.
Yang jatuh dalam semak duri, ialah orang yang mendengar sabda itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga tidak menghasilkan buah yang matang.
Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang yang mendengar sabda itu dan menyimpannya dalam hati yang baik, dan menghasilkan buah dalam ketekunan.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Baca Juga: Jadwal TV ANTV Sabtu 17 September 2022 : Kuku Rock You
Renungan Harian Katolik Sabtu 17 September 2022
Perumpamaan dalam perikopa ini mengingatkan kita untuk senantiasa mendengarkan sabda-sabda Tuhan. Sebagai orang Kristiani kita selalu diajak untuk mendengarkan sabda Tuhan sebagai penuntun hidup kita, supaya hidup kita tidak melulu hanya dipenuhi dengan sabda-sabda manusiawi. Hidup kita perlu dengan sabda rohani dan sabda Ilahi.
Perkara mendengarkan sabda Tuhan, melalui perumpamaan ini kita menjadi jelas bahwa setiap orang, siapapun orangnya, mendengar sabda Tuhan.
Sabda Tuhan hadir kepada semua orang, tanpa terkecuali. Perkara yang muncul adalah setelah mendengarkan sabda Tuhan kemudian bagaimana sikap kita, itu yang menentukan apakah sabda itu berbuah atau justru mati.
Sebagai orang Kristiani, pasti kita sudah pernah paling tidak, bahkan sering, membaca kitab suci dan mendengarkan sabda Tuhan. Pertanyaannya adalah setelah membaca, bagaimana tanggapan atau reaksi kita terhadap sabda-sabda Tuhan yang kita baca dan kita dengar?