pendidikan

Peringati Hari Santri Nasional, Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma'arif Gelar Drama Kolosal Revolusi Jihad

Kamis, 23 Oktober 2025 | 12:20 WIB
Drama Kolosal dari YPM Sidoarjo di peringatan Hari Santri Nasional


Sidoarjo, Klikaktual.com – Memperingati Hari Santri Nasional 2025, Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma’arif (YPM) menggelar kegiatan kolaboratif yang melibatkan seluruh civitas akademika dari berbagai jenjang pendidikan di kompleks Ngelom, Taman pada 22 Oktober 2022.

Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 2.000 peserta yang terdiri dari siswa, guru, dosen, serta pimpinan dari SMP YPM 1, SMA Wahid Hasyim 2 Taman, SMK YPM 1, 2, dan 3 Taman, serta Universitas Ma’arif Hasyim Latif (UMAHA).

Wakil Ketua Panitia, Ahmad Mufid, menyampaikan rangkaian kegiatan sudah dimulai sejak 21 Oktober dengan berbagai lomba antar sekolah. "Hari ini, 22 Oktober, menjadi puncak peringatan Hari Santri. Kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu Jalal Wathon, penampilan dari pagar Musa, apel pagi, drama teatrikal kolosal, dan pembacaan kitab Alfiyah oleh para santri YPM," jelasnya.

Salah satu acara yang paling menarik perhatian adalah drama kolosal bertema Revolusi Jihad. Drama ini mengangkat kisah historis perjuangan KH Hasyim Asy’ari dalam mengobarkan semangat jihad melawan penjajahan Jepang.

Baca Juga: Peringati HSN 2025, Puluhan Santri Kebon Pring Cirebon Gelar Permainan Sepak Bola Api

"Drama berdurasi sekitar 20 menit ini menggambarkan momen penting yang menjadi latar belakang terjadinya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya," ujar Mufid.

Ia menambahkan, hikmah dari drama ini adalah untuk menanamkan kesadaran bahwa seluruh santri di lingkungan YPM adalah pejuang, penerus semangat para kiai, dengan komitmen bahwa NKRI adalah harga mati dan Pancasila harus ditegakkan.

Baca Juga: Serahkan SK Pensiun, Wali Kota Cirebon Sebut Pengabdian ASN Jadi Pilar Kemajuan Birokrasi

Duriyah Hidayatullah, dari keluarga pendiri YPM, menegaskan pentingnya mengenang peran santri dalam perjuangan kemerdekaan. “Hari Santri ditetapkan 22 Oktober karena mengacu pada seruan jihad yang disampaikan KH. Hasyim Asy’ari pada 1945. Seruan inilah yang kemudian memicu perlawanan besar di Surabaya,” jelasnya.

Duriyah juga menyoroti tantangan santri di era modern. "Jihad hari ini bukan lagi dengan senjata, tetapi melalui pengabdian kepada agama, bangsa, dan negara, terutama dalam bidang teknologi dan digitalisasi," ujarnya.

Terakhir, ia berpesan agar para santri tidak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai bekal menghadapi dinamika zaman yang semakin kompleks.

Tags

Terkini