ragam

[OPINI] Film G30S PKI: Fakta atau Rekayasa Propaganda Orde Baru?

Jumat, 30 September 2022 | 11:57 WIB
Film G30S PKI Menceritakan Tentang Peristiwa Sejarah. /Instagram @kuechink

HAMPIR setiap tahun menjelang peringatan G30S/PKI atau Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia , masyarakat selalu diputarkan sebuah adegan Film G30 SPKI tentang pembantaian tujuh jendral itu. Tetapi di kalangan aktivis/akademis Film tersebut sering menjadi bahan kajian diskusi dan menjadi kontroversi, lantaran sejarah peristiwa Gerakan 30 September 1965 belum terkuak sepenuhnya.

Di Era Orba dalam kepemimpinan Jendral Soeharto, film yang disutradarai oleh Arifin C.Noer rutin sekali di putar dalam kurun waktu setahun. Tujuannya untuk belajar sejarah pedih bangsa ini. Dan dihentikan setelah rezim Orde Baru tumbang akibat gelombang Reformasi 1998. Namun, beberapa tahun belakangan, beberapa pihak, bahkan pejabat negara dan stasiun televisi, kembali memutarnya.

Sinema yang diproduksi Perum Perusahaan Film Negara (PPFN) pada 1984 dinilai sebagai propaganda rezim orde baru. Di tahun 2017 Gatot Nurmantyo selaku Panglima TNI kala itu menginstruksikan agar film ini terus di tonton oleh masyarakat dan di tayangkan media televisi nasional, bahkan sampai memutarnya dan nonton bareng di gedung parlemen.

Bahkan dalam acara nonton bersama itu dihadiri oleh Presiden Joko Widodo di lapangan Tenis Markas Komando Korem 061/Suryakancan, Kota Bogor, pada 29 September 2017.

Kemudian 29 September 2019 SCTV dan Tvone selaku televisi nasional menanyangkan Film pengkhianatan G30S/PKI selama 4,5 jam.

Film G30S PKI Propaganda Orba?

Film berdurasi 4,5 jam itu dianggap sebagai film propaganda walau di satu sisi menuai sukses besar dalam penayangannya, Majalah Tempo (1988) melaporkan, film ini menghabiskan biaya Rp800 juta dan menjadi Film termahal di era 1980-an.

Dalam Film tersebut Soeharto berupaya agar paham komunisme yang pernah besar di Indonesia, bahkan sempat menjadi tiga pilar kekuatan politik utama yang dirumuskan Bung Karno yakni Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis), musnah untuk selama-lamanya di negeri ini.

Ingat, tidak semua kejadian yang disuguhkan di dalam film tersebut merupakan peristiwa yang sebenarnya. Banyak adegan yang didramatisir untuk mengesankan bahwa PKI dan komunisme merupakan ancaman nyata bagi bangsa Indonesia.

Hal itu justru diakui sendiri oleh Amoroso Katamsi, pemeran Soeharto dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. “Film ini sengaja dibuat untuk memberi tahu rakyat bagaimana peran PKI saat itu, kadi memang ada semacam muatan politik,” ungkapnya kepada Tempo.co (30 Desember 2012).

“Memang ada beberapa adegan yang berlebihan,” imbuh aktor kelahiran 21 Oktober 1938 yang pada 1990 diangkat sebagai Direktur PPFN oleh Presiden Soeharto ini.

Seorang Sejarawan Hilmar Farid, masih dikutip dari Tempo.co, ia menegaskan bahwa film ini adalah propaganda Orde Baru yang mewakili pandangan rezim Soeharto kala itu tentang peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang dibumbui pula dengan sejumlah fantasinya.

“Dari segi produksi, kita lihat pembuatannya, ditangani langsung PPFN dengan restu Soeharto jelas adalah suatu rekayasa yang dibuat orde baru,” sebut tokoh yang kini menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Adapun Budi Irawanto, peraih Doktor Kajian Asia Tenggara bidang Film di National University of Singapore, menyebut bahwa film ini berhasil menjalankan fungsinya sebagai film propaganda dengan sangat baik dan sukses dalam mempengaruhi sebagian besar alam pikiran rakyat Indonesia.

Halaman:

Tags

Terkini

14+ Ucapan Hari Ibu, Sederhana, Berkesan dan Penuh Makna

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:25 WIB