SALAH satu kepercayaan dan budaya masyarakat Jawa terdahulu atau leluhur yang sampai saat ini masih melekat adalah bulan Suro.
Bagi masyarakat Jawa bulan Suro merupakan bulan sakral atau keramat, yang identik dengan bulan penuh larangan.
Lalu, apa yang membuat bulan Suro menjadi bulan yang istimewa dan sakral?
Baca Juga: Kocak Lomba Sepak Bola Pakai Daster, Ini 14 Contoh Lomba Agustusan untuk Merayakan HUT RI Ke 77
Bulan memiliki gelombang energi yang berbeda-beda, namun gelombang terbesar terletak di bulan Suro.
Gelombang energi ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang memiliki tingkat energi spiritualitas yang bagus, sehingga tidak sembarang orang bisa merasakannya.
Gelombang energi yang sangat besar itu dapat berdampak positif dan negatif bagi kehidupan.
Baca Juga: Sejarah Singkat National Girlfriend Day dan Ide Menarik untuk Merayakannya
Selain bulan suci, bulan Suro juga disebut sebagai tumekaning sengkolo atau banyak musibah yang diturunkan oleh Tuhan.
Untuk mengatasi tumekaning sengkolo itu, maka para leluhur jawa di masa lampau melakukan ritual-ritual sebagai penangkal dari sengkolo.
Proses penangkalan itu dengan memanfaatkan gelombang energi besar yang dimiliki bulan Suro agar berdampak positif bagi kehidupan, seperti mensucikan diri, mencapai tingkat spiritualitas yang lebih tinggi dan lainnya.
Selain itu, bulan Suro juga digunakan untuk mensucikan dan menjernihkan energi spiritual yang dimiliki oleh ageman-ageman yang berupa pusaka, seperti keris, susuk, jimat dan lainnya. ***