FILM Turki, 'Ayla: The Daughter of War' tengah ramai menjadi tontonan warganet karena kisahnya yang mengharu biru. Film yang diadaptasi dari kisah nyata ini dirilis 27 Oktober 2017.
Film bergenre drama biografi ini disutradarai oleh Can Ulkay dan ditulis oleh Yigit Güralp. Berlatar Turki dan Korea Selatan, film 'Ayla: The Daughter of War' terpilih mewakili Turki untuk berkompetisi dalam Academy Awards 2017. Selain itu, film ini pun mendapat beberapa penghargaan di festival film, di antaranya film terbaik di Asian World Film Festival 2017 dan mendapatkan Golden Palm Awards 2018.
Film 'Ayla: The Daughter of War' yang berdurasi 124 menit ini menyuguhkan cerita menarik dan mampu membuat penonton meneteskan air mata. Bagaimana tidak, hubungan yang terjalin antar seorang tentara Turki dan anak perempuan yang berkewarganegaraan Korea begitu dekat layaknya ayah dan anak.
Mengambil latar tahun 1950-an saat perang Korea Selatan, Film "Ayla: The Daughter of War" menceritakan tentang kisah nyata seorang tentara Turki yang merawat anak yatim piatu Korea Selatan bernama Ayla.
Süleyman Dilbirligi (Ismail Hacioglu) adalah seorang tentara Turki yang ditugaskan untuk membantu perang di Korea Selatan. Dia bersama tentara lainnya yang tengah menjalankan misi, tiba di sebuah desa yang kondisinya sudah hancur dan rakyatnya tak terselamatkan. Namun, saat itu Suleyman mendapati seorang anak perempuan tengah menangis di antara tumpukan mayat. Dia menyelamatkan dan menamai anak itu Ayla, yang berarti di bawah sinar bulan.
Suleyman membawa anak itu ke kamp tentara mereka. Awalnya dia tidak mendapatkan izin dari atasannya untuk membawa anak tersebut ke kamp, tetapi Suleyman berusaha membujuk hingga berhasil meluluhkan hati atasannya.
Baca Juga: AFC Drawing Ulang Kualifikasi Piala Asia U-23, PSSI: Kami Siap Melawan Siapapun
Meskipun memiliki kendala komunikasi karena perbedaan bahasa, Suleyman tetap merawat dan menjaga anak itu. Selama tinggal di kamp, Ayla belajar banyak dari Suleyman yang mengurus serta menjaganya. Tidak hanya Suleyman, tentara Turki lain pun turut serta mengurus dan bermain dengan Ayla. Mereka menganggap Ayla adalah cahaya di antara kegelapan perang yang terjadi.
Suleyman mengajarkan Ayla membaca bahasa Turki, sampai Ayla bisa berkomunikasi dan memanggilnya dengan sebutan papa. Hubungan mereka makin erat dan saling menyayangi layaknya ayah dan anak. Sampai suatu ketika, Suleyman dan tentara Turki lainnya selesai menjalankan tugas di Korea Selatan dan harus kembali ke Turki.
Suleyman bimbang. Di lain sisi dia tidak bisa membawa Ayla karena terhalang aturan negara Korea, sementara di sisi lain dia pun harus pulang untuk memenuhi janji menikahi kekasihnya.
Dengan berat hati, Suleyman harus meninggalkan Ayla di panti asuhan. Suleyman sempat mencoba menyelundupkan Ayla ke dalam kopernya untuk dibawa ke Turki, tetapi perbuatannya tertangkap dan Ayla terpaksa dipulangkan ke panti asuhan. Dia kemudian berjanji pada Ayla akan menemuinya kembali.
Bagaimana akhir kisah Suleyman dan Ayla? Akankah mereka kembali dipertemukan?
Film "Ayla: The Daughter of War" menjadi salah satu tontonan yang wajib dinikmati. Drama keluarga di tengah pergolakan perang Korea Selatan ini memberikan makna mendalam mengenai cinta dari seorang ayah terhadap putrinya, meski tak sedarah. Kisah yang mampu membuat hati luluh dan ikut menangis sepanjang film berlangsung.